Minggu, 23 Oktober 2016

Teori Estetika Resepsi


1.      Pengertian
Teori estetika resepsi merupakan pendekatan yang digunakan dalam menilai suatu karya sastra. Estetika resepsi adalah ilmu keindahan yang didasarkan pada nilai atau resepsi pembaca. Karya sastra mempunyai nilai karena pembaca memberi nilai padanya. Menurut Jauss (1958) resepsi sastra bagaimana pembaca memberikan makna terhadap karya Astra yang dibacanya sehingga memberikan reaksi terhadap karya sastra. Tanggapan tersebut bersifat pasif.
2.      Latar Belakang Teori Estetika Resepsi
Hal yang melatarbelakangi lahirnya teori estetika resepsi adalah karya tidak mempunyai arti tanpa ada pembaca yang menanggapinya. Perkembangan awal oleh Mukarovsky terdapat pembaca implisit dalam karya sastra. Adanya komunikasi antara teks sastra dengan pembacanya. Pembaca memahami karya sastra dengan kerangka konteks sosial. Gagasan Mukarovsky dikembangkan oleh Felix Vodicka. Selanjutnya gagasan Vodicka dilanjutkan dan dikembangkan oleh Robert Jauss dan Wolfgang Iser.
3.      Tokoh yang Mengembangkan Teori Estetika Resepsi
a.       Mukarovsky dan Vodicka
Jan Mukarovsky dan Felix Vodicka adalah tokoh perintis perkembangan resepsi sastra atau estetika resepsi. Mukarovsky dan Vodicka adalah pengembang teori tentang estetika bahasa dan estetika dalam konteks sosial. Mukarovsky adalah seorang strukturalis, yang lebih tertarik dengan nilai dan fungsi estetika bahasa.
Menurut teori resepsi sastra, fungsi estetika sastra berhubungan dengan fungsi sosial, sedangkan fungsi estetika dan fungsi sosial tersebut selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan sosial.
b.      Jauss dan Iser
Jauss adalah seseorang ahli sejarah sastra. Jauss mengemukakan pendekatan penulisan sejarah sastra terhadap dinamika sastra. Dinamika sastra dalam hal ini pada aktivitas dan kesan pembaca.
Menurut Jauss, tanggapan pembaca terhadap sebuah teks sastra ditentukan oleh horison penerimaan. Horison penerimaan, yaitu bersifat estetik atau yang ada di dalam teks sastra dan tidak bersifat estetik atau yang tidak ada di dalam teks sastra, tetapi sesuatu yang melekat pada pembaca. Horison penerimaan yang bersifat estetik adalah plot, penokohan, perwatakan, waktu, tempat, teknik penceritaan, gaya bahasa, dialog (dalam drama), bunyi, pola-pola sajak, bait, baris, dan lain-lain. Horison penerimaan yang melekat pada pembaca adalah pekerjaan, pendidikan, tempat tinggal, agama, sikap dan nilai yang ada pada pembaca.
Tokoh lain adalah Wolfgang Iser. Menurut Iser antara pembaca dengan teks sastra ersifat realtif. Kreativitas pembaca lebih kurang sama dengan kreativitas penulis. Pembaca diberi tempat untuk menanggapi karya sastra. Hal tersebut adalah kegiatan resepsi sastra. Iser menyebutnya dengan konkretisasi makna.

4.      Konsep-konsep Penting
Perkembangan resepsi sastra lebih berkembang setelah munculnya pikiran-pikiran Jausz dan Iser yang dapat dianggap memberikan dasar teoretis dan epistemologis. Tumpuan perhatian dari teori sastra akan diberikan kepada teori yang mereka kembangkan.
Jausz memiliki pendekatan yang berbeda dengan Iser tentang resepsi sastra, walaupun keduanya sama-sama menumpukan perhatian kepada keaktifan pembaca dalam menggunakan imajinasi mereka. Jausz melihat a) bagaimana pembaca memahami suatu karya seperti yang terlihat dalam pernyataan/penilaian mereka dan b) peran karya tidak penting lagi. Yang terpenting di sini yaitu aktibitas pembaca itu sendiri. Sedangkan Iser a) lebih terbatas pada adanya pembacaan yang berkesan tanpa pembaca perlu secara aktif dan b) karya memiliki peranan yang cukup besar. Bahkan kesan yang ada pada pembaca ditentukan oleh karya itu sendiri (Junus, 1985:49).
Resepsi sastra dapat melahirkan tanggapan, reaksi atau respon terhadap sebuah karya sastra dikemukakan oleh pembaca sejak dulu hingga sekarang akan berbeda-beda antara pembaca yang satu dengan yang lain. Begitu juga dengan tiap periode berbeda dengan periode lainnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cakrawala harapan (verwachtingshorizon atau horizon of expectation). Cakrawala harapan ini adalah harapan-harapan seorang pembaca terhadap karya sastra (Pradopo, 2007:207).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar