1. Pengertian
Teori estetika resepsi merupakan
pendekatan yang digunakan dalam menilai suatu karya sastra. Estetika resepsi
adalah ilmu keindahan yang didasarkan pada nilai atau resepsi pembaca. Karya
sastra mempunyai nilai karena pembaca memberi nilai padanya. Menurut Jauss
(1958) resepsi sastra bagaimana pembaca memberikan makna terhadap karya Astra
yang dibacanya sehingga memberikan reaksi terhadap karya sastra. Tanggapan
tersebut bersifat pasif.
2.
Latar Belakang
Teori Estetika Resepsi
Hal yang melatarbelakangi lahirnya teori
estetika resepsi adalah karya tidak mempunyai arti tanpa ada pembaca yang
menanggapinya. Perkembangan awal oleh Mukarovsky terdapat pembaca implisit dalam
karya sastra. Adanya komunikasi antara teks sastra dengan pembacanya. Pembaca
memahami karya sastra dengan kerangka konteks sosial. Gagasan Mukarovsky
dikembangkan oleh Felix Vodicka. Selanjutnya gagasan Vodicka dilanjutkan dan
dikembangkan oleh Robert Jauss dan Wolfgang Iser.
3.
Tokoh yang
Mengembangkan Teori Estetika Resepsi
a. Mukarovsky
dan Vodicka
Jan
Mukarovsky dan Felix Vodicka adalah tokoh perintis perkembangan resepsi sastra
atau estetika resepsi. Mukarovsky dan Vodicka adalah pengembang teori tentang
estetika bahasa dan estetika dalam konteks sosial. Mukarovsky adalah seorang
strukturalis, yang lebih tertarik dengan nilai dan fungsi estetika bahasa.
Menurut teori resepsi sastra, fungsi estetika sastra berhubungan dengan fungsi sosial, sedangkan fungsi estetika dan fungsi sosial tersebut selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan sosial.
Menurut teori resepsi sastra, fungsi estetika sastra berhubungan dengan fungsi sosial, sedangkan fungsi estetika dan fungsi sosial tersebut selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan sosial.
b. Jauss
dan Iser
Jauss
adalah seseorang ahli sejarah sastra. Jauss mengemukakan pendekatan penulisan
sejarah sastra terhadap dinamika sastra. Dinamika sastra dalam hal ini pada
aktivitas dan kesan pembaca.
Menurut
Jauss, tanggapan pembaca terhadap sebuah teks sastra ditentukan oleh horison
penerimaan. Horison penerimaan, yaitu bersifat estetik atau yang ada di dalam teks
sastra dan tidak bersifat estetik atau yang tidak ada di dalam teks sastra,
tetapi sesuatu yang melekat pada pembaca. Horison penerimaan yang bersifat
estetik adalah plot, penokohan, perwatakan, waktu, tempat, teknik penceritaan,
gaya bahasa, dialog (dalam drama), bunyi, pola-pola sajak, bait, baris, dan
lain-lain. Horison penerimaan yang melekat pada pembaca adalah pekerjaan,
pendidikan, tempat tinggal, agama, sikap dan nilai yang ada pada pembaca.
Tokoh
lain adalah Wolfgang Iser. Menurut Iser antara pembaca dengan teks sastra ersifat
realtif. Kreativitas pembaca lebih kurang sama dengan kreativitas penulis.
Pembaca diberi tempat untuk menanggapi karya sastra. Hal tersebut adalah
kegiatan resepsi sastra. Iser menyebutnya dengan konkretisasi makna.
4.
Konsep-konsep
Penting
Perkembangan resepsi
sastra lebih berkembang setelah munculnya pikiran-pikiran Jausz dan Iser yang
dapat dianggap memberikan dasar teoretis dan epistemologis. Tumpuan perhatian
dari teori sastra akan diberikan kepada teori yang mereka kembangkan.
Jausz memiliki
pendekatan yang berbeda dengan Iser tentang resepsi sastra, walaupun keduanya
sama-sama menumpukan perhatian kepada keaktifan pembaca dalam menggunakan
imajinasi mereka. Jausz melihat a) bagaimana pembaca memahami suatu karya seperti
yang terlihat dalam pernyataan/penilaian mereka dan b) peran karya tidak
penting lagi. Yang terpenting di sini yaitu aktibitas pembaca itu sendiri.
Sedangkan Iser a) lebih terbatas pada adanya pembacaan yang berkesan tanpa
pembaca perlu secara aktif dan b) karya memiliki peranan yang cukup besar.
Bahkan kesan yang ada pada pembaca ditentukan oleh karya itu sendiri (Junus,
1985:49).
Resepsi sastra
dapat melahirkan tanggapan, reaksi atau respon terhadap sebuah karya sastra
dikemukakan oleh pembaca sejak dulu hingga sekarang akan berbeda-beda antara
pembaca yang satu dengan yang lain. Begitu juga dengan tiap periode berbeda
dengan periode lainnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cakrawala harapan
(verwachtingshorizon atau horizon of expectation). Cakrawala harapan ini adalah
harapan-harapan seorang pembaca terhadap karya sastra (Pradopo, 2007:207).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar