Senin, 15 Februari 2016

Contoh Makalah Sejarah Sastra Indonesia 2000-an



KARAKTERISTIK KARYA SASTRA PERIODE 2000-AN



Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan
Sejarah Sastra Indonesia
yang dibina oleh Ibu Dra. Ida Lestari, M.Si.




Disusun oleh:
Sarah Sajidah Zahra    150212602851
Zakiatu Annabella       150212605071
Zuni Lilaifi                  150212603315




















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PROGRAM STUDI S1 BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Oktober 2015







A.    Latar Belakang
Pada periode 2000-an muncul pengarang wanita yang umumnya menulis tentang pemikiran yang tajam dan bebas dengan ungkapan perasaan. Ada di antara mereka yang menampilkan nuansa-nuansa erotik, hal-hal yang sensual bahkan seksual. Sastra Angkatan 2000 sering disebut sastra mutakhir. Salah satu karya yang berani tampil beda pada periode ini adalah Saman oleh Ayu Utami dan dijadikan sebagai tonggak pembaharu sastra dalam sejarah sastra. Novel Saman (1998) oleh Ayu Utami ini melahirkan wawasan estetik baru karena mencirikan teknik khas yang tampak dari pola kolase.
Penamaan periode 2000 sementara masih dalam perdebatan antara para sastrawan, nama Angkatan dan nama Periode masih dalam perundingan. Diskusi tersebut Maman menanyakan apa perlu ada angkatan dalam sastra. Beliau ingin dalam periode 2000 ini tidak ada sastrawan yang diagungkan, hanya deskripsi karya dan proses kreatif. Perdebatan tentang perlu adanya angkatan atau tidak kembali lagi pada syarat adanya angkatan, yaitu: (1) perlu ada kelompok sastrawan sebagai pendukung angkatan, dan (2) untuk mendukung angkatan karya sastra harus inovatif, spesifik, kreatif, dan inspiratif.
Periode 2000-an karya sastranya sudah memiliki corak baru dalam prosa, puisi, drama, dan perfilman. Perkembangan sastra periode 200-an menampilkan bentuk pikiran karya sastra yang bermacam-macam dan tema beragam. Ini membuktikan karya sastra periode 2000-an mengalami perkembangan yang aktif dan positif.

B.     Karakteristik Karya Sastra Periode 2000-an
Karya periode 2000-an memiliki karakteristik sebagai berikut.
1)      Tema yang ada dalam karya sastra periode ini adalah sosial-politik, romantik, dan seluruh aspek kehidupan.
2)      Terdapat revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung pada puisi konkret, puisi yang dihasilkan tidak cenderung pada verbal namun juga pada visual.
3)      Adanya penggunaan wawasan baru atau estetika baru yang disebut dengan “antromofisme” yaitu gaya bahasa sebagai penggantian tokoh manusia sebagai ‘aku lirik’ dengan benda-benda.
4)      Genre yang muncul pada periode ini adalah cerpen, puisi, novel, drama, film, dan sandiwara.
5)      Ciri-ciri bahasa yang digunakan menggunakan bahasa sehari-hari.
6)      Pembaharuan terhadap model sastra lisan yang mengembalikan realitas fiktif pada realitas dongeng.
7)      Karya yang dihasilkan pada periode ini cenderung vulgar.

C.    Tokoh dan Karya Sastra Periode 2000-an
1.      Dewi Lestari
Lahir di Bandung, Jawa Barat, 20 Januari 1976 yang biasa disapa “Dee”.
Karya yang dihasilkan:
a)      Supernova 1
Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh (2001, novel)
b)      Supernova
Akar (2002)
c)      Supernova
Petir (2004).
2.      Ayu Utami
Kelahiran Bogor, 21 November 1968, seorang aktivis jurnalis dan sastrawan berkebangsaan Indonesia. Karya yang dihasilkan:
a)      Saman (1998)
b)      Larung (2001).
3.      Andrea Hirata
Nama saat lahir di Belitung, 24 Oktober 1967 adalah Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun. Karya yang dihasilkan:
a)      Laskar Pelangi (2005)
b)      Sang Pemimpi (2006)
c)      Edensor (2007)
d)     Maryamah Karprov (2008)
e)      Cinta Dalam Gelas.
4.      Abdul Wachid B.S.
Karya yang dihasilkan:
a)      Ode Bagai Burung
b)      Tahajud
c)      Bulan Telah Menjadi Sabit.
5.      Habiburrahman El Shirazy
Dalam penobatan Insani UNDIP Award tahun 2008 beliau dinobatkan sebagai novelis nomor 1 di Indonesia, lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30 September 1976. Karya yang dihasilkan:
a)      Ayat-Ayat Cinta (2004)
b)      Di Atas Sajadah Cinta (2004)
c)      Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
d)     Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
e)      Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
f)       Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
g)      Dalam Mirhab Cinta.
6.      Triyanto Triwikromo
Salah satu karyanya adalah “Sakerah”.
7.      Rizal Mantovani
Hasil karyanya berupa film yaitu “Jailangkung”.
8.      Afrizal Malna
Hasil karyanya pada periode ini:
a)      Kalung dari Seorang Teman
b)      Tangan di Pagi Hari.
9.      Taufiq Ismail
Karya yang dihasilkan:
a)      Malu Aku Jadi Orang Indonesia (puisi)
b)      American Coruption Words (puisi)
c)      Aisyah Andinda Kita (puisi)
d)     Politik Sepak Bola (puisi).
10.  Remi Silado
Karya yang dihasilkan:
a)      Ca Bau Kan
b)      Kerudung Merah Kirmizi (2002).
11.  Christian Hakim
karya yang dihasilkan adalah “Daun di Atas Bantal”.
12.  Garin Nugroho
Karya yang dihasilkan adalah “Pasir Berbisik”
13.  Seno Gumira Adjidarma
Penulis ini lahir di Boston, Amerika Serikat, 19 Juni 1958. Hasil karyanya:
a)      Sepotong Senja untuk Pacarku
b)      Ke Indonesiaan
c)      Atas Nama Malam
d)     Biola Tak Berdawai.
14.  Ahmadun Yosi Hervanda
Karya yang dihasilkan:
a)      Sembahyang Malam
b)      Sejak Mabul Reformasi (sajak).
15.  Doddy Ahmad Faudzy
Karya yang dihasilkan:
a)      Yth. Nona Yumar (cerpen)
b)      Kekasihku Desi Ratnasari (cerpen).
16.  Dorothea
Karya yang dihasilkan:
a)      Sebuah Alamat
b)      Numpang Perahu Nuh.
17.  Ahmad Fuadi
Novelis, pekerja sosial, dan mantan wartawan dari Indonesia ini lahir di Bayur Maninjau, Sumatra Barat, 30 Desember 1972. Hasil karyanya:
a)      Negeri 5 Menara (2009)
b)      Ranah 3 Warna (2011)
c)      Rantau 1 Muara (2013).
18.  Cucuk Espe
Seorang penyair, sais, cerpenis, dan penulis naskah drama ini lahir di Jombang, Jawa Timur, 19 Maret 1974. Hasil karyanya:
a)      Mengejar Kereta Mimpi (2001)
b)      Rembulan Retak (2003)
c)      Juliet dan Juliet (2004)
d)     13 Pagi (2010).

19.  Herlinatiens
Memiliki nama asli Herlina Tien Suhesti lahir di Ngawi, Jawa Timur, 26 April 1982 adalah seorang penulis. Hasil karyanya:
a)      Garis Tepi Seorang Lesbian (2003)
b)      Dejavu, Sayap yang Pecah (2004)
c)      Jilbab Britney Spears (2004)
d)     Sajak Cinta yang Pertama (2005)
20.  Raudal Tanjung Banua
Sastrawan yang karyanya didominasi puisi dan cerpen ini lahir di Pesisir Selatan, Sumatra Barat, 19 Januari 1975. Hasil karyanya:
a)      Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
b)      Ziarah bagi yang Hidup (2004)
c)      Parang Tak Berulu (2005)
d)     Gugusan Mata Ibu (2005).



DAFTAR RUJUKAN
Sulistyorini, Dwi; Ida Lestari. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Sastra Indonesia Modern. Misykat: Malang
(https://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia) diakses pada 15 November 2015
Anggraeni, Anna. 2013. Karakteristik Sastra Indonesia Periode 2000-an, (online), (http://anna-a-fib11.web.unair.ac.id/artikel_detail-78442-Sejarah%20Kesusasteraan-Karakteristik%20Sastra%20Indonesia%20Periode%202000an.html) diakses pada 15 November 2015






Lampiran
A.    Judul               : Pasir Berbisik
Sutradara         : Nan Achnas
Sinopsis           :
Film yang di sutradarai Nan Achnas ini bercerita tentang gadis bernama Daya yang hidup bersama ibunya, Berlian, di pesisir pantai yang berpasir hitam di kawasan terasing. Ayah Daya, Agus, menghilang ketika ia masih kecil tetapi ia tidak tahu entah ke mana ayahnya pergi. Kasih sayang yang diberikan Berlian kepada Daya sangat berlebihan sampai kesendiriannya bertambah merasa terkungkung karena ibunya melarang Daya berbicara pada orang-orang sekitar, orang asing, dan bahkan wanita-wanita.
Kesepian Daya berujung dengan membayangkan bahwa ayahnya saat dia kecil suka memainkan wayang-wayang, di situ sosok ayah selalu terbayang saat kesepian melandanya. Dalam perkembangan dan pertumbuhan Daya ia sangat aneh karena memiliki kebiasaan menempelkan telinganya ke pasir seolah-olah pasir itu berbisik padanya. Daya memiliki sifat lugu dan polos.
Daya dan ibunya hidup baik-baik saja hingga suatu ketika kondisi berubah dengan adanya pembunuhan dan penangkapan tanpa sebab di kampung mereka. Kabarnya gubuk-gubuk di kampung itu juga akan dibakar. Dalam keadaanya genting seperti ini Berlian sudah dibujuk oleh adiknya, Delima, untuk berpindah namun dia tidak mau dengan pikiran bahwa akan baik-baik saja tanpa mereka. Ternyata apa yang diharapkan Berlian tidak terjadi, kampung mereka hancur lebur bahkan gubuk-gubuk banyak yang dibakar. Akhirnya mereka berpindah ke tempat lain dengan membawa harta benda yang masih tersisa seadanya. Dalam perjalanan mereka pindah ke tempat lain bertemulah mereka dengan seorang yang memberikan topeng pada Daya dengan alasan untuk menghindari roh-roh jahat dan hantu-hantu gurun. Mereka berpindah ke tempat yang mereka sebut dengan Pasir Putih mengarungi seluruh gurun akhirnya mereka sampai dan di tempat baru Daya memiliki sahabat baru bernama Sukma.
Keadaan sontak berubah dengan Agus yang tiba-tiba muncul dalam keraguan Berlian dan Daya mulai menerima kehadirannya. Agus mampu membahagiakan Daya yang rindu kasih sayang sosok ayah. Namun pada akhirnya Daya diserahkan pada lintah darat, Suwito, karena Agus terlilit banyak hutang. Kepolosan Daya membuat Suwito semakin menaikan selera dan nafsu seksnya pada gadis belia itu.

B.     Judul               : Laskar Pelangi
Penulis             : Adrea Hirata
Sinopsis           :
Di daerah Belitung ada cerita murid dari SD Muhammadiyah yang mengalami kegelisahan karena sekolah yang mereka, Ikal, Lintang, Sahara, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, dan Trapani, tempati akan ditutup apabila muridnya tidak mencapai 10 orang. SD Muhammadiyah adalah SD tertua di Belitung jadi jika ditutup maka kasihan orang tua yang ingin menyekolahkan anak-anaknya tetapi tidak mempunyai biaya. Karena di situ anak-anak yang kurang beruntung dalam segi materi berada.
Ada seorang yang memiliki keterbelakangan mental bernama Harun yang datang pada sekolah itu akhirnya menyelamatkan kesembilan murid yang sedang dilanda kecemasan. Mereka bersyukur karena SD tersebut tidak jadi ditutup. Berawal dari kebersamaan merekalah muncul cerita dibalik kesederhanaan. Guru mereka, Pak Harfan dan Bu Mus, terlihat haru dan bahagia melihat keceriaan murid-muridnya yang datang dari berbagai latar belakang keluarga. Salah satunya adalah Lintang yang mengayuh sepedanya hingga 80 km hanya untuk pulang pergi dari rumah ke sekolah.
Mereka menamakan diri mereka dengan “Laskar Pelangi” semua keceriaan di sana mewarnai kehidupan mereka. Susah maupun senang mereka lalui bersama padahal tempat mereka belajar, menurut cerita malam harinya dipakai untuk kandang bagi hewan ternak. Namun di SD Muhammadiyah itu Ikal dan Lintanglah yang memiliki banyak kenangan menarik. Sampai-sampai ada cerita percintaan tak tersampaikan antara Ikal dan A Ling yang berawal dari dia disuruh Bu Mus membeli kapur di warung milik engkongnya A Ling.
Saat ada perlombaan semacam karnaval, Mahar memiliki ide yaitu menari. Mereka menari seperti orang kesetanan tetapi kalung yang mereka pakai berasal dari buah yang langka dan hanya ada di Belitung dan membuat mereka gatal jadi gatal mereka yang indah itulah tari-tarian mereka. Hasilnya mereka memenangkan lomba tersebut.
Suatu ketika ada anak pindahan dari SD PN, dia anak orang kaya, bernama Flo. Semua berubah saat dia datang, yang paling memengaruhi adalah nilai Mahar semakin turun karena dia sebangku dengan Flo itulah yang membuat Bu Mus kecewa. Namun ada yang membuatnya bangga yaitu perjuangan Lintang terhadap pendidikan dan dia sangat cerdas. Lintang dan kawan-kawan membuktikan bahwa bukan hanya fasilitas yang membuat seseorang dapat meraih kecerdasan namun juga dengan kerja keras atau kemauan yang kuat untuk belajar. Saat mereka beranjak dewasa pengalaman yang paling mereka ingat adalah ketika di SD Muhammadiyah yang mengajarkan mereka tentang persahabatan, ketulusan guru, dan sebuah mimpi yang harus mereka wujudkan.

C.     Judul               : Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
Pengarang       : Taufiq Ismail
Analisis           :
Salah satu dalam antologi puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia:

Takut ’66, Takut ‘98
Mahasiswa takut pada dosen
Dosen takut pada dekan
Dekan takut pada rektor
Rektor takut pada menteri
Menteri takut pada presiden
Presiden takut pada mahasiswa

            Puisi Takut ’66, Takut ’98 ini menerapkan pendekatan sejarah menunjukkan adanya peristiwa politik yaitu pada masa reformasi yang terjadi pada Mei 1998, presiden Soeharto mengundurkan diri dari kursi pemerintahan karena adanya protes politik masa orde baru yang beliau pimpin sejak tahun 1966. Inilah yang melatarbelakangi puisi tersebut. Pada puisi tersebut tertera bahwa mahasiswa tertekan dengan keadaan politik yang membungkam suara mahasiswa. Tetapi sebagai mahasiswa mereka rela berkorban demi menumbang kediktatoran. Dalam puisi itu juga tertera presiden menekan menteri, menteri menekan rektor, rektor menekan dekan, sehingga dekan menekan dosen, dan dosen menekan mahasiswa. Namun pada baris terakhir adalah klimaks puisi yang menyatakan presiden takut pada suara mahasiswa karena suara mereka adalah ancaman pada pemerintahan beliau.