KARAKTERISTIK KARYA SASTRA PERIODE
2000-AN
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan
Sejarah Sastra Indonesia
yang dibina oleh Ibu Dra. Ida Lestari, M.Si.
Disusun oleh:
Sarah Sajidah Zahra 150212602851
Zakiatu Annabella 150212605071
Zuni Lilaifi 150212603315
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
SASTRA
JURUSAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PROGRAM
STUDI S1 BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Oktober 2015
A.
Latar
Belakang
Pada periode 2000-an muncul pengarang wanita yang
umumnya menulis tentang pemikiran yang tajam dan bebas dengan ungkapan
perasaan. Ada di antara mereka yang menampilkan nuansa-nuansa erotik, hal-hal
yang sensual bahkan seksual. Sastra Angkatan 2000 sering disebut sastra
mutakhir. Salah satu karya yang berani tampil beda pada periode ini adalah
Saman oleh Ayu Utami dan dijadikan sebagai tonggak pembaharu sastra dalam
sejarah sastra. Novel Saman (1998) oleh Ayu Utami ini melahirkan wawasan
estetik baru karena mencirikan teknik khas yang tampak dari pola kolase.
Penamaan periode 2000 sementara masih dalam perdebatan
antara para sastrawan, nama Angkatan dan nama Periode masih dalam perundingan.
Diskusi tersebut Maman menanyakan apa perlu ada angkatan dalam sastra. Beliau
ingin dalam periode 2000 ini tidak ada sastrawan yang diagungkan, hanya
deskripsi karya dan proses kreatif. Perdebatan tentang perlu adanya angkatan
atau tidak kembali lagi pada syarat adanya angkatan, yaitu: (1) perlu ada
kelompok sastrawan sebagai pendukung angkatan, dan (2) untuk mendukung angkatan
karya sastra harus inovatif, spesifik, kreatif, dan inspiratif.
Periode 2000-an karya sastranya sudah memiliki corak
baru dalam prosa, puisi, drama, dan perfilman. Perkembangan sastra periode
200-an menampilkan bentuk pikiran karya sastra yang bermacam-macam dan tema
beragam. Ini membuktikan karya sastra periode 2000-an mengalami perkembangan
yang aktif dan positif.
B.
Karakteristik
Karya Sastra Periode 2000-an
Karya
periode 2000-an memiliki karakteristik sebagai berikut.
1) Tema
yang ada dalam karya sastra periode ini adalah sosial-politik, romantik, dan
seluruh aspek kehidupan.
2) Terdapat
revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung pada puisi
konkret, puisi yang dihasilkan tidak cenderung pada verbal namun juga pada
visual.
3) Adanya
penggunaan wawasan baru atau estetika baru yang disebut dengan “antromofisme”
yaitu gaya bahasa sebagai penggantian tokoh manusia sebagai ‘aku lirik’ dengan
benda-benda.
4) Genre
yang muncul pada periode ini adalah cerpen, puisi, novel, drama, film, dan
sandiwara.
5) Ciri-ciri
bahasa yang digunakan menggunakan bahasa sehari-hari.
6) Pembaharuan
terhadap model sastra lisan yang mengembalikan realitas fiktif pada realitas
dongeng.
7) Karya
yang dihasilkan pada periode ini cenderung vulgar.
C.
Tokoh
dan Karya Sastra Periode 2000-an
1. Dewi
Lestari
Lahir di Bandung, Jawa
Barat, 20 Januari 1976 yang biasa disapa “Dee”.
Karya yang dihasilkan:
a) Supernova
1
Ksatria, Puteri, dan
Bintang Jatuh (2001, novel)
b) Supernova
Akar (2002)
c) Supernova
Petir (2004).
2. Ayu
Utami
Kelahiran Bogor, 21
November 1968, seorang aktivis jurnalis dan sastrawan berkebangsaan Indonesia.
Karya yang dihasilkan:
a) Saman
(1998)
b) Larung
(2001).
3. Andrea
Hirata
Nama saat lahir di
Belitung, 24 Oktober 1967 adalah Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun. Karya
yang dihasilkan:
a) Laskar
Pelangi (2005)
b) Sang
Pemimpi (2006)
c) Edensor
(2007)
d) Maryamah
Karprov (2008)
e) Cinta
Dalam Gelas.
4. Abdul
Wachid B.S.
Karya yang dihasilkan:
a) Ode
Bagai Burung
b) Tahajud
c) Bulan
Telah Menjadi Sabit.
5. Habiburrahman
El Shirazy
Dalam penobatan Insani
UNDIP Award tahun 2008 beliau dinobatkan sebagai novelis nomor 1 di Indonesia,
lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30 September 1976. Karya yang dihasilkan:
a) Ayat-Ayat
Cinta (2004)
b) Di
Atas Sajadah Cinta (2004)
c) Ketika
Cinta Berbuah Surga (2005)
d) Pudarnya
Pesona Cleopatra (2005)
e) Ketika
Cinta Bertasbih 1 (2007)
f) Ketika
Cinta Bertasbih 2 (2007)
g) Dalam
Mirhab Cinta.
6. Triyanto
Triwikromo
Salah satu karyanya
adalah “Sakerah”.
7. Rizal
Mantovani
Hasil karyanya berupa
film yaitu “Jailangkung”.
8. Afrizal
Malna
Hasil karyanya pada periode
ini:
a) Kalung
dari Seorang Teman
b) Tangan
di Pagi Hari.
9. Taufiq
Ismail
Karya yang dihasilkan:
a) Malu
Aku Jadi Orang Indonesia (puisi)
b) American
Coruption Words (puisi)
c) Aisyah
Andinda Kita (puisi)
d) Politik
Sepak Bola (puisi).
10. Remi
Silado
Karya yang dihasilkan:
a) Ca
Bau Kan
b) Kerudung
Merah Kirmizi (2002).
11. Christian
Hakim
karya yang dihasilkan
adalah “Daun di Atas Bantal”.
12. Garin
Nugroho
Karya yang dihasilkan
adalah “Pasir Berbisik”
13. Seno
Gumira Adjidarma
Penulis ini lahir di
Boston, Amerika Serikat, 19 Juni 1958. Hasil karyanya:
a) Sepotong
Senja untuk Pacarku
b) Ke
Indonesiaan
c) Atas
Nama Malam
d) Biola
Tak Berdawai.
14. Ahmadun
Yosi Hervanda
Karya yang dihasilkan:
a) Sembahyang
Malam
b) Sejak
Mabul Reformasi (sajak).
15. Doddy
Ahmad Faudzy
Karya yang dihasilkan:
a) Yth.
Nona Yumar (cerpen)
b) Kekasihku
Desi Ratnasari (cerpen).
16. Dorothea
Karya yang dihasilkan:
a) Sebuah
Alamat
b) Numpang
Perahu Nuh.
17. Ahmad
Fuadi
Novelis, pekerja sosial,
dan mantan wartawan dari Indonesia ini lahir di Bayur Maninjau, Sumatra Barat,
30 Desember 1972. Hasil karyanya:
a) Negeri
5 Menara (2009)
b) Ranah
3 Warna (2011)
c) Rantau
1 Muara (2013).
18. Cucuk
Espe
Seorang penyair, sais,
cerpenis, dan penulis naskah drama ini lahir di Jombang, Jawa Timur, 19 Maret
1974. Hasil karyanya:
a) Mengejar
Kereta Mimpi (2001)
b) Rembulan
Retak (2003)
c) Juliet
dan Juliet (2004)
d) 13
Pagi (2010).
19. Herlinatiens
Memiliki nama asli
Herlina Tien Suhesti lahir di Ngawi, Jawa Timur, 26 April 1982 adalah seorang
penulis. Hasil karyanya:
a) Garis
Tepi Seorang Lesbian (2003)
b) Dejavu,
Sayap yang Pecah (2004)
c) Jilbab
Britney Spears (2004)
d) Sajak
Cinta yang Pertama (2005)
20. Raudal
Tanjung Banua
Sastrawan yang karyanya
didominasi puisi dan cerpen ini lahir di Pesisir Selatan, Sumatra Barat, 19
Januari 1975. Hasil karyanya:
a) Pulau
Cinta di Peta Buta (2003)
b) Ziarah
bagi yang Hidup (2004)
c) Parang
Tak Berulu (2005)
d) Gugusan
Mata Ibu (2005).
DAFTAR RUJUKAN
Sulistyorini,
Dwi; Ida Lestari. 2012. Pertumbuhan dan
Perkembangan Sastra Indonesia Modern. Misykat: Malang
Anggraeni,
Anna. 2013. Karakteristik Sastra
Indonesia Periode 2000-an, (online), (http://anna-a-fib11.web.unair.ac.id/artikel_detail-78442-Sejarah%20Kesusasteraan-Karakteristik%20Sastra%20Indonesia%20Periode%202000an.html)
diakses pada 15 November 2015
Lampiran
A. Judul : Pasir Berbisik
Sutradara : Nan Achnas
Sinopsis :
Film
yang di sutradarai Nan Achnas ini bercerita tentang gadis bernama Daya yang
hidup bersama ibunya, Berlian, di pesisir pantai yang berpasir hitam di kawasan
terasing. Ayah Daya, Agus, menghilang ketika ia masih kecil tetapi ia tidak
tahu entah ke mana ayahnya pergi. Kasih sayang yang diberikan Berlian kepada
Daya sangat berlebihan sampai kesendiriannya bertambah merasa terkungkung
karena ibunya melarang Daya berbicara pada orang-orang sekitar, orang asing, dan
bahkan wanita-wanita.
Kesepian
Daya berujung dengan membayangkan bahwa ayahnya saat dia kecil suka memainkan
wayang-wayang, di situ sosok ayah selalu terbayang saat kesepian melandanya.
Dalam perkembangan dan pertumbuhan Daya ia sangat aneh karena memiliki
kebiasaan menempelkan telinganya ke pasir seolah-olah pasir itu berbisik
padanya. Daya memiliki sifat lugu dan polos.
Daya
dan ibunya hidup baik-baik saja hingga suatu ketika kondisi berubah dengan
adanya pembunuhan dan penangkapan tanpa sebab di kampung mereka. Kabarnya
gubuk-gubuk di kampung itu juga akan dibakar. Dalam keadaanya genting seperti
ini Berlian sudah dibujuk oleh adiknya, Delima, untuk berpindah namun dia tidak
mau dengan pikiran bahwa akan baik-baik saja tanpa mereka. Ternyata apa yang diharapkan
Berlian tidak terjadi, kampung mereka hancur lebur bahkan gubuk-gubuk banyak
yang dibakar. Akhirnya mereka berpindah ke tempat lain dengan membawa harta
benda yang masih tersisa seadanya. Dalam perjalanan mereka pindah ke tempat
lain bertemulah mereka dengan seorang yang memberikan topeng pada Daya dengan
alasan untuk menghindari roh-roh jahat dan hantu-hantu gurun. Mereka berpindah
ke tempat yang mereka sebut dengan Pasir Putih mengarungi seluruh gurun
akhirnya mereka sampai dan di tempat baru Daya memiliki sahabat baru bernama
Sukma.
Keadaan
sontak berubah dengan Agus yang tiba-tiba muncul dalam keraguan Berlian dan
Daya mulai menerima kehadirannya. Agus mampu membahagiakan Daya yang rindu
kasih sayang sosok ayah. Namun pada akhirnya Daya diserahkan pada lintah darat,
Suwito, karena Agus terlilit banyak hutang. Kepolosan Daya membuat Suwito
semakin menaikan selera dan nafsu seksnya pada gadis belia itu.
B. Judul : Laskar Pelangi
Penulis : Adrea Hirata
Sinopsis :
Di
daerah Belitung ada cerita murid dari SD Muhammadiyah yang mengalami
kegelisahan karena sekolah yang mereka, Ikal, Lintang, Sahara, A Kiong,
Syahdan, Kucai, Borek, dan Trapani, tempati akan ditutup apabila muridnya tidak
mencapai 10 orang. SD Muhammadiyah adalah SD tertua di Belitung jadi jika
ditutup maka kasihan orang tua yang ingin menyekolahkan anak-anaknya tetapi
tidak mempunyai biaya. Karena di situ anak-anak yang kurang beruntung dalam
segi materi berada.
Ada
seorang yang memiliki keterbelakangan mental bernama Harun yang datang pada
sekolah itu akhirnya menyelamatkan kesembilan murid yang sedang dilanda
kecemasan. Mereka bersyukur karena SD tersebut tidak jadi ditutup. Berawal dari
kebersamaan merekalah muncul cerita dibalik kesederhanaan. Guru mereka, Pak
Harfan dan Bu Mus, terlihat haru dan bahagia melihat keceriaan murid-muridnya
yang datang dari berbagai latar belakang keluarga. Salah satunya adalah Lintang
yang mengayuh sepedanya hingga 80 km hanya untuk pulang pergi dari rumah ke
sekolah.
Mereka
menamakan diri mereka dengan “Laskar Pelangi” semua keceriaan di sana mewarnai
kehidupan mereka. Susah maupun senang mereka lalui bersama padahal tempat
mereka belajar, menurut cerita malam harinya dipakai untuk kandang bagi hewan
ternak. Namun di SD Muhammadiyah itu Ikal dan Lintanglah yang memiliki banyak
kenangan menarik. Sampai-sampai ada cerita percintaan tak tersampaikan antara
Ikal dan A Ling yang berawal dari dia disuruh Bu Mus membeli kapur di warung
milik engkongnya A Ling.
Saat
ada perlombaan semacam karnaval, Mahar memiliki ide yaitu menari. Mereka menari
seperti orang kesetanan tetapi kalung yang mereka pakai berasal dari buah yang
langka dan hanya ada di Belitung dan membuat mereka gatal jadi gatal mereka
yang indah itulah tari-tarian mereka. Hasilnya mereka memenangkan lomba
tersebut.
Suatu
ketika ada anak pindahan dari SD PN, dia anak orang kaya, bernama Flo. Semua
berubah saat dia datang, yang paling memengaruhi adalah nilai Mahar semakin
turun karena dia sebangku dengan Flo itulah yang membuat Bu Mus kecewa. Namun
ada yang membuatnya bangga yaitu perjuangan Lintang terhadap pendidikan dan dia
sangat cerdas. Lintang dan kawan-kawan membuktikan bahwa bukan hanya fasilitas
yang membuat seseorang dapat meraih kecerdasan namun juga dengan kerja keras
atau kemauan yang kuat untuk belajar. Saat mereka beranjak dewasa pengalaman
yang paling mereka ingat adalah ketika di SD Muhammadiyah yang mengajarkan
mereka tentang persahabatan, ketulusan guru, dan sebuah mimpi yang harus mereka
wujudkan.
C. Judul : Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
Pengarang : Taufiq Ismail
Analisis :
Salah
satu dalam antologi puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia:
Takut ’66, Takut ‘98
Mahasiswa
takut pada dosen
Dosen
takut pada dekan
Dekan
takut pada rektor
Rektor
takut pada menteri
Menteri
takut pada presiden
Presiden
takut pada mahasiswa
Puisi
Takut ’66, Takut ’98 ini menerapkan pendekatan sejarah menunjukkan adanya
peristiwa politik yaitu pada masa reformasi yang terjadi pada Mei 1998,
presiden Soeharto mengundurkan diri dari kursi pemerintahan karena adanya
protes politik masa orde baru yang beliau pimpin sejak tahun 1966. Inilah yang
melatarbelakangi puisi tersebut. Pada puisi tersebut tertera bahwa mahasiswa
tertekan dengan keadaan politik yang membungkam suara mahasiswa. Tetapi sebagai
mahasiswa mereka rela berkorban demi menumbang kediktatoran. Dalam puisi itu
juga tertera presiden menekan menteri, menteri menekan rektor, rektor menekan
dekan, sehingga dekan menekan dosen, dan dosen menekan mahasiswa. Namun pada
baris terakhir adalah klimaks puisi yang menyatakan presiden takut pada suara
mahasiswa karena suara mereka adalah ancaman pada pemerintahan beliau.