Minggu, 25 September 2016

Materi Membaca Teks Ilmiah

1)      Pengertian Membaca Pemahaman
Kegiatan membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam serta pemahaman tentang apa yang dibaca. Membaca pemahaman adalah pemahaman arti atau maksud dalam suatu bacaan melalui tulisan. Definisi ini sangat menekankan pada dua hal yang pokok dalam membaca, yaitu bahasa itu sendiri dan simbol grafik tulisan yang menyajikan informasi yang berwujud bacaan (Lado dalam Nurhadi, 1987:222). Jadi, seseorang yang yang melakukan kegiatan membaca pemahaman harus menguasai bahasa atau tulisan yang digunakan dalam bacaan yang dibacanya dan mampu menangkap informasi atau isi bacaan tersebut.
Untuk dapat memahami isi suatu bahan bacaan dengan baik diperlukan adanya kemampuan membaca pemahaman yang baik pula. Pemahaman merupakan salah satu aspek yang penting dalam kegiatan membaca, sebab pada hakikatnya pemahaman suatu bahan bacaan dapat meningkatkan ketrampilan membaca itu sendiri maupun untuk tujuan tertentu yang hendak dicapai. Jadi, kemampuan membaca dapat diartikan sebagai kemampuan dalam memahami bahan bacaan. Tujuan membaca adalah pemahaman bukan kecepatan (H.G. Tarigan, 1986:37).
Membaca pemahaman didefinisikan pula sebagai salah satu macam membaca yang bertujuan memahami isi bacaan (Sujanto dalam Nurhadi, 1987:222). Kemampuan membaca sangat kompleks dan bukan hanya kemampuan teknik membacanya saja tetapi juga kemampuan dalam pemahaman san interpretasi isi bacaan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, secara sederhana dapat ditarik simpulan bahwa membaca pemahaman adalah kegiatan membaca untuk memahami isi bacaan, baik yang tersurat maupun yang tersirat dari bahan bacaan tersebut.
2)      Aspek-aspek Membaca Pemahaman
Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Agar seseorang mampu mencapai suatu tingkat pemahaman, seharusnyalah ia mengalami proses yang cukup panjang. Oleh karenanya, kita perlu mengenal dan menguasai beberapa aspek dalam membaca pemahaman. Aspek-aspek dalam membaca pemahaman meliputi: (a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal), (b) memahami signifikansi atau makna (a.l. maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca), (c) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk), (d) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan (Broughton [et al] dalam H.G. Tarigan, 1986:12).
Di dalam membaca pemahaman, si pembaca tidak hanya dituntut hanya sekadar mengerti dan memahami isi bacaan, tetapi ia juga harus mampu menganalisis atau mengevaluasi dan mengaitkannya dengan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan awal yang telah dimilikinya.
3)      Tujuan Membaca Pemahaman
 Apabila kita melakukan sesuatu kegiatan, tentulah kita mampunyai tujuan tertentu yang hendak kita capai. Demikian halnya di dalam membaca pemahaman juga mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan membaca pemahaman adalah
untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis, urutan-urutan etoris atau pola-pola teks, pola-pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan juga sarana-sarana linguistik yang dipergunakan untuk mencapai tujuan (H.G. Tarigan, 1986:36).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dilihat bahwa tujuan membaca pemahaman mencakup beberapa hal. Jelasnya membaca pemahaman diperlukan bila kita ingin mempelajari dan memahami masalah yang kita baca sampai pada hal-hal yang sangat detail.
4)      Tingkatan Membaca Pemahaman
Aspek-aspek keterampilan untuk memahami isi bacaan itu ada bermacam-macam. Empat tingkatan atau kategori pemahaman membaca, yaitu literal, inferensial, kritis, dan kreatif (Burns dan Roe; Rubin; dan Syafi’ie dalam Hairuddin, dkk, 2008). Pembahasan mengenai tingkat pemahaman tersebut diuraikan sebagai berikut:
a)      Pemahaman literal adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Pemahaman literal merupakan pemahaman tingkat paling rendah. Walaupun tergolong tingkat rendah, pemahaman literal tetap penting, karena dibutuhkan dalam proses pemahaman bacaan secara keseluruhan. Pemahaman literal merupakan prasyarat bagi pemahaman yang lebih tinggi (Burns dan Roe dalam Hairuddin, dkk, 2008).
b)      Pemahaman inferansial adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) dalam teks. Memahami teks secara inferensial berarti memahami apa yang diimplikasikan oleh informasi-informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Dalam hal ini, pembaca menggunakan informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks, latar belakang pengetahuan, dan pengalaman pribadi secara terpadu untuk membuat dugaan atau hipotesis.
c)      Pemahaman kritis merupakan kemampuan mengevaluasi materi teks. Pemahaman kritis pada dasarnya sama dengan pemahaman evaluatif. Dalam pemahaman ini, pembaca membandingkan informasi yang ditemukan dalam teks dengan norma-norma tertentu, pengetahuan, dan latar belakang pengalaman pembaca untuk menilai teks.
d)     Pemahaman kreatif merupakan kemampuan untuk mengungkapkan respon emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan standar profesional. Pemahaman kreatif melibatkan seluruh dimensi kognitif membaca karena berkaitan dengan dampak psikologi dan estetis teks terhadap pembaca. Dalam pemahaman kreatif, pembaca dituntut menggunakan daya imajinasinya untuk memperoleh gambaran baru yang melebihi apa yang disajikan penulis (Hafni dalam Hairuddin, dkk, 2008).
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini menekankan pada membaca pemahaman dalam tingkatannya sebagai pemahaman literal yaitu pemahaman terhadap apa yang disampaikan dan disebutkan  penulis di dalam bahan bacaan.

5)      Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman
Menurut McLaughlin dan Allen dalam Farida Rahim, mengemukakan mengenai prinsip-prinsip membaca sebagai berikut:
a)        Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.
b)        Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman.
c)        Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar siswa.
d)       Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca.
e)        Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.
f)         Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkatan kelas.
g)        Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.
h)        Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.
i)          Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.
j)          Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman (McLaughlin dan Allen dalam Farida Rahim, 2008:3-4).

6)      Langkah-langkah Membaca Pemahaman
Di dalam memahami bahan bacaan, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh pembaca. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membaca, yaitu: (1) menentukan tujuan membaca; (2) preview artinya membaca selayang pandang; (3) membaca secara keseluruhan isi bacaan dengan cermat sehingga kita dapat menemukan ide pokok yang tertuang dalam setiap paragrafnya; (4) mengemukakan kembali isi bacaan dengan menggunakan kalimat dan kata-kata sendiri (Suyatmi, 2000:45).

Adanya kemampuan membaca pemahaman yang tinggi  diharapkan dapat menangkap ide-ide pokok yang terdapat dalam bahan bacaan, menemukan hubungan suatu ide pokok dengan ide pokok yang lain serta secara keseluruhannya, selanjutnya dapat menghubungkan apa yang dipahami dari bahan bacaan tersebut dengan ide-ide diluar bahan bacaan. Membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa aktivitas seperti, mengamati, memahami ide, curahan jiwa, dan aktivitas jiwa seseorang yang tertuang dalam bahan bacaan.

Teori Sastra (Menelaah teori drama, puisi, dan prosa)

1. Teori Drama
Drama adalah cerita penggalan hidup manusia yang dipentaskan di atas panggung (cerminan kehidupan manusia) bertujuan untuk menasehati / bahan refleksi / memperbaiki diri. karya sastrka darama adalah merupakan ungkapan hati seseorang yang dituangkan dalam bentuk sastra atau tulisan yang membentuk suatu tulisan dan alur cerita.
Jenis drama : drama tragedi, drama komedi, drama tragedi-komedi, drama parodi.
Contohnya:
a. Gading Cempaka
Karya Wisran Hadi
Pemain:
1. Putri Gading Cempaka (Putri bungsu Ratu Agung, Raja KerajaanBengkulu)
2. Wanita Penyanyi (Suara Hati)
3. Anak Dalam ( Putra sulung Ratu Agung. Kakak tertua Putri GadingCempaka)
4. Para Hulubalang Kerajaan
5. Para Pesirah dari Rejang Empat Pitulai
6. Beberapa punggawa
7. Para pemusik
Gading Cempaka bercerita tentang pembunuhan yang tidak tahu siapa pelakunya namun pencegahan dilanjutkan dengan menyembunyikan anak dari Putri Cempaka dan Ratu Bengkulu. Semua saling menuduh antarorang satu dengan orang lain yang berbeda budaya. Pembunuhnya ternyata belum dapat diketahui dan teringat pembunuhan Maharaja Sakti.

Unsur dalam drama:
1. Tema : Teka-teki pembunuhan yang belum dapat diselesaikan di dalam kerajaan.
2. Tokoh/Penokohan : 
Putri Gading Cempaka : baik dan sayang anak.
Hulubalang kerajaan : menyelesaikan masalah dengan kepala dingin.
Anak Dalam : peduli dengan sesama.
Para Pesirah : 
3. Amanat :
Menyelesaikan masalah dengan saling tuduh menuduh tidak akan ada ujungnya. Janganlah membuat susah diri sendiri dengan berprasangka buruk pada seseorang. Menyelamatkan anak dalam keadaan bahaya adalah kewajiban seorang ibu dan harus diteladani.

4. Penulis
Wirsan Hadi
Beliau lahir di Padang, 27 Juli 1945. Seorang seniman dan budayawan yang memenangkan penghargaan dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia. beberapa penghargaan dari luar negeri, seperti dari Thailand. Penulis prosa berdarah Minang ini adalah salah satu seniman yang konsisten berkarya hingga hari tuanya.
b. Drama Kontemporer
KATA MATI
Ketika Kata Kehilangan Makna
Karya Iverdixon Tinungki
Pemain:
1. Lelaki
2. Anak
3. Mama
4. Pelarian
5. Pengejar
Kata Mati menceritakan tentang keserakahan, keangkuhan, dan keinginan selalu abadi seorang manusia. Seorang manusia mendapat peringatan berbentuk surat dari bumi yang isinya bahwa memang hidup dan berkarya adalah dua hal yang selalu tak terpisahkan namun ingatlah saat kalian melihat orang dalam keadaan sekarat saat itulah hidupmu lebih mengutamakan ibadah. Dipentaskan dengan penuh analogi dan perumpamaan.

Unsur dalam drama:
1. Tema : kehidupan memang penuh dengan pemberontakan, cibiran, canda, dan tawa.
2. Tokoh/Penokohan :
Lelaki : berterus terang dan apa adanya.
Anak : polos.
Mama : realistis
3. Amanat :
Jangan berusaha kekal dalam kehidupan dunia ini karena ada kehidupan kekal tersendiri nantinya. Kehidupan memang sandiwara dan panggung kata yang penuh kepura-puraan oleh karena itu jangan ditambah kepalsuan dalam hidup ini.
4. Penulis
Iverdixon Tinungki lahir pada tanggal 10 Januari 1963 di Manado. Putra berdarah Sangihe Talaud ini adalah putra dari pasangan suami istri Erens Tinungki dan Triofina Sono. Pimpinan Sanggar Kreatif Manado, Menyutradarai teater, menulis puisi, cerpen, novel, Drama. Iverdixon Tinungki mulai bekerja untuk menghidupi dirinya sejak masa sekolah. Semasa bersekolah di SMP sampai SMA ia pernah menjadi penjual sayur, penjual es, dan buruh bangunan.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Wisran_Hadi
http://www.ganto.or.id/berita/1542/drama-kontemporer-sastra-indonesia.html
http://iverdixontinungki.blogspot.co.id/2012/10/drama-kontemporer-natal-kata-mati.html


2. Teori Prosa
Prosa adalah karya sastra yang menjelaskan atau mendeskripsikan suatu fakta ataupun ide sesorang secara jelas dan mengisahkan suatu sejarah atau peristiwa. Prosa berbeda dengan puisi karena prosa lebih luas.
a. Prosa Lama
Merupakan karya sastra yang belum terpengaruh oleh budaya barat.
Contohnya: Dongeng, Hikayat, Sejarah, Epos, dan Pelipur Lara.
Salah satu karyanya:
Dongeng yaitu fabel “Anak Kambing dan Serigala” oleh Aesop bercerita tentang seekor anak kambing yang ditinggal seorang penggembalanya di atas jerami dan saat itu ada seekor serigala yang ingin memakan namun kambing itu mengejek bahwa si serigala tidak mungkin meraihnya karena terlalu tinggi. Ejekan-ejekan kambing tidak membuat serigala marah malah ia berkata bahwa ia mendengar kambing itu dan ia tidak akan mendendam karena yang berbicara adalah atap bukan kambing. Jadi jangan mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan dirimu.
Unsur-unsur dalam prosa:
1) Tokoh/penokohan :
Kambing : tidak dapat mengontrol apa yang dia katakan.
Serigala : bijaksana dan tidak membesar-besarkan masalah.
2) Latar/setting :
Di tempat biasanya penggembala menggembala kambing dan di atas jerami.
3) Tema :
Perbuatan yang tidak boleh dilakukan saat dalam keadaan bahaya.
4) Penulis :
Aesop (di edit oleh Jaka Gesik)
Aesop adalah seorang penulis dongeng yang memiliki kumpulan fabel namun ada fabel oleh pengarang lain sebelum Aesop ada. Biasanya fabel atau prosa lama memang kebanyakan anonim. Aesop ini banyak mengarang cerita fabel dan filsuf dan pemikir setelah aesop menyatukan kembali pada tahun 300 SM dan diterjemahkan tahun 250 SM. Kehidupan Aesop juga tidak jelas dia diperkirakan hidup sebagai budak (pelayan) di Samos sekitar tahun 550 SM, dan asal tempat kelahirannya pun tidak jelas, walaupun banyak negara sekarang yang mengaku bahwa Aesop lahir di negara tersebut.

Sumber : http://www.ceritakecil.com/penulis-dan-pengarang-cerita/Aesop-3
http://aleemaranyaka.blogspot.co.id/2014/01/kumpulan-cerita-fabel-aesop-620-560.html
http://raudatulatun.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-serta-contoh-prosa-lama-dan.html

b. Prosa Baru
Yaitu karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh barat.
Contohnya: Cerpen, Novel, Riwayat, Kisah, dan Auto Biografi.
Salah satu karyanya:

Novel “Rumah Di Seribu Ombak” oleh Erwin Arnada bercerita tentang persahabatan dua orang anak berbeda agama namun tidak membuat perbedaan pendapat. Hari demi hari mereka lalui bersama senang susah juga dijalani bersama. Namun saat seorang sabahat yang bernama Wayan Manik menceritakan semua rahasia dirinya seakan persabatan mereka berubah. Sahabat yang bernama Samihi ternyata memiliki nasib yang lebih mujur. Pada akhirnya saat mereka dewasa Samihi sudah menyelesaikan studinya di luar negeri namun tidak pernah melupakan kampungnya. Wayan Manik yang tetap menjadi pemuda kampung itu mulai menyukai adik dari Samihi tapi cinta tidak bisa memiliki. Namun persahabatan mereka tetap abadi.

Unsur-unsur dalam prosa:
1) Tokoh/penokohan :
Wayan Manik : tabah saat menghadapi masalah apapun.
Samihi : baik, pintar, taat orang tua, tetapi tidak dapat menjaga rahasia.
2) Latar/setting :
Di Bali kampung mereka lahir adalah Kalidukuh.
3) Tema :
Persahabatan adalah sebuah ikatan yang tidak dapat dipisahkan oleh ruang dan waktu.
4) Penulis :
Erwin Arnada
dikenal publik setelah menjadi pemipin redaksi majalah Playboy, majalah pria dewasa berlisensi dari Amerika. Pria kelahiran tahun 1965 ini menjadi terdakwa kasus pelanggaran kesusilaan karena media yang dipimpinnya dituduh telah menyiarkan gambar-gambar yang dinilai melanggar kesopanan.


3. Teori Puisi
Puisi adalah bentuk karya sastra yang diciptakan oleh penyair menggunakan bahasa tertentu untuk mengungkapkan suatu perasaan tertentu.
a. Puisi Lama
yaitu puisi yang terikat oleh aturan (lama), antara lain :
1) jumlah suku kata dalam satu baris,
2) jumlah baris dalam satu bait,
3) persajakan (rima), maupun
4) irama.
Contohnya : Mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, syair, dan talibun.

b. Puisi Baru
Yaitu Puisi yang tidak terikat oleh (aturan) lama, seperti jumlah kata dalam satu baris, jumlah baris dalam satu bait, rima dan irama.
Ciri-ciri puisi baru :
1) Bentuknya rapi, simetris
2) Mempunyai persajakan akhir yang teratur
3) Menggunakan pola sajak dan syair

Contohnya : 
Hanyut Aku oleh Amir Hamzah
Dalam sajak ini dikemukakan tema spiritual di mana si Aku merasakan hasrat kerinduan dan kecintaannya pada sang kekasih (Hanyut aku, kekasihku!/Hanyut aku/…), karena itu ia meminta kekasihnya untuk mengulurkan tangannya, menyelamatkan ia dari kehanyutannya. Si Aku merasakan kesendirian, tiada yang peduli dan dapat menenangkan hatinya hanya kesunyian yang mendalam yang membanjiri dunia batinnya, bahkan hasrat itu semakin kuat dan menolak untuk pergi dari jiwa si Aku yang semakin terhanyut: ../ Sunyinya sekelilingku!/ Tiada suara kasihan, tiada angin mendingin hati/ tiada air menolak ngelak.

Amanat : 
Memiliki kekasih yang sejati yaitu Tuhan adalah hal yang harus diteladani dalam puisi ini karena kecintaan kita kepada Tuhan akan membawa pada kemujuran.

Penulis: 
Tengkoe Amir Hamzah yang bernama lengkap Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indra Poetera, atau lebih dikenal hanya dengan nama pena Amir Hamzah (lahir di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Timur, Hindia Belanda, 28 Februari 1911 dan meninggal pada bulan Maret 1946. Ia keturunan bangsawan, kemenakan dan menantu Sultan Langkat, serta hidup di tengah-tengah keluarga  yang taat beragama Islam. Ia mengunjungi HIS di Tanjungpura, Mulo di Medan, dan Jakarta AMS, AI (bagian Sastra Timur) di Solo. Ia menuntut ilmu pada Sekolah Hakim Tinggi sampai kandidat. Amir Hamzah lebih banyak mengubah puisi sehingga mendapat sebutan “Raja Penyair” Pujangga Baru.


Sumber : 
http://anifnur80.blogspot.co.id/2014/05/teori-sastra-puisi-prosa-dan-drama.html
http://biografi-tokoh-ternama.blogspot.co.id/2014/02/Biografi-Amir-Hamzah-Sastrawan-Indonesia-Angkatan-Pujangga-Baru.html

Fonologi Bahasa Indonesia

Keteranngan:
1. pengertian fonologi
2. ruang lingkup fonologi
3. fonem
4. alat ucap
dst...


Makalah: Nilai-nilai Sastra Lama Melayu Klasik

(Cover)
Nilai-nilai Sastra Lama Melayu Klasik

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada masa orang Melayu dapat mengucapkan bahasa Melayu purba tetapi belum bisa menciptakan aksara mungkin mereka telah menciptakan karya-karya sastra lisan yang diapresiasi melalui lisan jadi akan mudah hilang. Ketika orang Melayu sudah mengenal Agama Hindu dan Budha dari India mereka menciptakan karya-karya tertulis berdasarkan kaidah-kaidah dalam bahasa bersama itu. Namun keberadaan aksara dan alat tulis serta kemahiran menulis tidak dapat melawan perubahan alam jadi karya-karya orang Melayu Klasik yang dipengaruhi India (agama hindu dan Budha) sekarang tidak pernah ditemui kecuali karya-karya dalam prasasti.
Keberadaan karya Sastra Melayu Klasik yang sangat jarang namun masih mengandung nilai-nilai tertentu dalam karya sastra yang ada. Dan harus diingat nilai-nilai tertentu itu hampir semua diyakini, dianut, dan diamalkan oleh masyarakat dan anggota masyarakat yang menciptakannya. Salah satunya mengandung nilai keagamaan Hindu-Budha yang sangat pekat sehingga ketika pengaruh islam muncul nilai-nilai tersebut tersisihkan dan digantikan oleh nilai-nilai keagamaan islam.
Dalam periodisasi sastra menyebutkan masa Melayu klasik dengan kesusastraan lama atau biasa disebut dengan zaman klasik. Namun seiring perkembangan kesusastraan dan teknologi yang melahirkan karya-karya tertulis, terdapat perkembangan nilai-nilai sastra. Tetapi mendeskripsikan nilai-nilai dalam sastra lama bukanlah hal mudah karena masih menggunakan bahasa dan huruf yang berlaku pada masa itu. Perkembangan nilai-nilai sastra lama dari nilai keagamaan muncul juga nilai sosial, budaya, moral, pendidikan, psikologis, filosofis, dan historis.         

Rumusan Masalah
             Masalah dan topik pembahasan dalam makalah ini sebagai berikut
1)      Apa pengertian nilai sastra?
2)      Apa sajakah nilai-nilai sastra Melayu klasik atau sastra lama?
3)      Apa sajakah ciri-ciri karya sastra lama?
4)      Bagaimana perbandingan sastra lama dengan sastra modern?




PEMBAHASAN
             Dalam makalah ini, akan dijelaskan pengertian nilai sastra, nilai-nilai karya sastra Melayu klasik, ciri-ciri karya sastra lama, dan perbandingan sastra lama dan sastra modern.

Pengertian Nilai Sastra
             Sastra adalah serapan dari bahasa sansekerta yang artinya teks yang mengandung instruksi. Kata dasar ‘sas’ yang berarti instruksi atau ajaran dalam bahasa Indonesia kata ini biasa di gunakan untuk merujuk kepada kesusastraan selain itu arti kesusastraan bisa dibagi menjadi dua yaitu tertulis dan lisan sedangkan pembagian sastra itu sendiri juga di bagi menjadi dua yaitu sastra lama (klasik) dan sastra baru (modern). Nilai sastra adalah hal hal yang berupa nilai yang bisa dijadikan acuan prilaku hidup dalam kehidupan sehari hari yang terdapat di dalam karya sastra.

Nilai-nilai Sastra Melayu Klasik
1.      Nilai budaya
Nilai yang berkaitan dengan budaya
2.      Nilai moral
Nilai yang berhubungan dengan masalah moral
3.      Nilai agama
Nilai yang berhubungan dengan masalah keagamaan
4.      Nilai pendidikan
Nilai yang berhubungan dengan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran
5.      Nilai psikologis
Nilai yang berhubungan dengan sifat kejiwaan manusia
6.      Nilai sosial
Nilai yang berhubungan dengan kehidupan dalam masyarakat
7.      Nilai sosial budaya
Nilai yang berhubungan dengan keadaan masyarakat pada waktu itu
8.      Nilai filosofis
Nilai yang berhubungan dengan filsafat atau filsafat kehidupan manusia
9.      Nilai histori
Nilai yang berkaitan dengan peristiwa sejarah

Ciri-ciri Karya Sastra Melayu klasik
1.      Karya-karya yang dihasilkan ada masa ini lebih bersifat lisan yang diturunkan melalui ucapan dari generasi ke generasi sehingga karya sastra yang dihasilkan sudah tidak diketahui lagi siapa pencetusnya dan kapan terbentuknya.
2.      Bentuk bahasanya tetap (Melayu) tanpa perubahan yang berarti, sehingga sulit dipahami pada zaman sekarang.
3.      Dengan keabsenan dari pengarang karya sastra itu menjadi tidak bertuan dan melebur diri menjadi milik masyarakat.
4.      Ceritanya seperti gambaran masyarakat yang statis (taat dengan aturan yang ada)
5.      Umumnya karya sastra pada Melayu klasik bersifat istanasentris atau menceritakan kehidupan kerajaan dan cerita kepercayaan masyarakat.
6.      Pada umumnya pengarang pada masa sastra Melayu klasik menghasilkan karya sastra yang bersifat klise dan dalam proses pembuatan hasil karya patuh mengikuti struktur aturan yang ada.
7.      Pada umumnya karangan karya masa Melayu klasik terbentuk tradisional dan fantastis.
8.      Tokoh dalam karya sastra Melayu klasik bersifat hitam putih (yang baik selamanya akan baik dan juga sebaliknya)

Perbandingan
Karya Sastra Melayu Klasik
1.      Bentuk karya sastra lama berupa puisi masih terikat, seperti syair, pantun, hikayat, mite, legenda, dan dongeng.
2.      Bahas pada karya sastra lama menggunakan bahasa Melayu, bahasa Arab, dan bahasa daerah.
3.      Tema yang digunakan cenderung kaku dan bersifat mistis.
4.      Latar belakang penciptaannya terpengaruh pada kesastraan hindu, islam, budaya tradisional, dan karyanya anonim.
5.      Perkembangannya statis (perubahan yang sangat lambat) di sampaikan lisan atau turun temurun.

Karya Sastra Baru (Modern)
1.      Bentuk karya sastra baru berupa puisi bebas dan kontemporer seperti cerpen, novel, dan drama.
2.      Bahasa yang digunakan bahasa keseharian dan sering menggunakan bahasa asing kreatif.
3.      Tema yang di angkat seputar kemanusiaan, kemasyarakatan, kehidupan modern, dan pergaulan remaja.
4.      Latar belakang penciptaannya terpengaruh kesastraan barat, budaya industri modern, dan karyanya memiliki hak cipta pengarang individu.
5.      Perkembangannya bersifat Yunanis dan disampaikan melalui media cetak dan audio visual.


PENUTUP
Kesimpulan
Dalam karya sastra pasti ada nilai-nilai yang terkandung dalam karya tersebut. Sejak zaman sastra lama hingga sastra modern namun terdapat perkembangan yang sangat mencolok dalam nilai-nilai karya sastra. Di antara sastra Indonesia Lama dengan “Keindonesiaan” (sastra dalam pemahaman saat ini) terdapat faktor yang sulit menghubungkan keduanya. Salah satunya akar yang menjadi perkembangan dan pertumbuhan karya sastra tersebut berdasar pada Melayu yang mana. Namun semua karya sastra Lama yang mendasari perkembangan sastra Indonesia modern tetap memiliki nilai-nilai yang terkandung.
DAFTAR RUJUKAN

Sutopo, Bakti, S.S., M.A. 2014. Sastra Indonesia Lama Mutiara yang Kaya Wacana. Yogyakarta: Aura Pustaka
Ismanto. 2009. Latar Belakang Kesusastraan Melayu, (online), (http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2353/latar-belakang-kesejarahan-kesusastraan-melayu), diakses pada 22 Oktober 2015. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu.

Korap, Bintang. 2011. Nilai-nilai dalam Karya Sastra, (online), (https://duniakorap.wordpress.com/2011/02/26/nilai-%E2%80%93-nilai-dalam-karya-sastra/), diakses pada 22 Oktober 2015