CERITA PANJI ASMARABANGUN
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas
perkuliahan
Sastra Lama
yang dibina oleh Bapak Teguh
Tri Wahyudi, S.S, M.A.
Disusun oleh:
Zuni Lilaifi (150212603315)
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
SASTRA
JURUSAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PROGRAM
STUDI S1 BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Desember 2015
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Karya
sastra adalah hasil dari kegiatan menulis maupun menuliskan sebuah pengetahuan
lisan. Karya sastra pada umumnya menceritakan kisah dengan alur dan menggunakan
setting waktu tertentu, kerajaan-kerajaan
pada masa lalu, misalnya karya
kesusastraan Melayu Klasik. Karya sastra pada kesusastraan Melayu Klasik salah
satunya adalah cerita panji. Cerita panji adalah kumpulan cerita yang berasal
dari Jawa periode klasik. Cerita panji memiliki banyak versi yang digemari
orang Indonesia terutama orang Jawa dan Bali. Cerita ini menyebar di Jawa,
Bali, Kalimantan, Malaysia, Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Filipina.
Cerita
panji yang berasal dari Jawa tepatnya pada era kerajaan Kediri mengisahkan
kepahlawanan dan cinta yang berpusat pada dua orang tokoh utama yaitu Raden Inu
Kertapati (Panji Asmarabangun) dan Dewi Sekartaji (Galuh Candrakirana). Cerita
panji memiliki turunan karena keberagaman versinya dan dimasukkan dalam satu
kategori yang disebut dengan “Lingkup Panji”. Beberapa cerita yang termasuk
dalam cerita Lingkup Panji yaitu Keong Mas, Ande-ande Lumut, dan Golek Kencana.
Tiga contoh cerita Lingkup Panji tersebut pada umumnya dikenal dengan cerita
rakyat yang merupakan turunan cerita panji.
Penyebaran
cerita panji hingga muncul kategori disimpulkan bermula pada zaman keemasan
Majapahit dan penyebaran ke luar Jawa terjadi pada masa yang lebih dengan
penuturan lisan. Makalah ini akan membahas mengenai bukti cerita panji berasal dari
Jawa, ringkasan cerita Panji Asmarabangun, diskusi tentang cerita panji, dan
keterkaitan cerita panji.
Rumusan
Masalah
Masalah
dan topik pembahasan dalam makalah ini sebagai berikut.
1)
Apa bukti cerita Panji berasal dari Jawa?
2)
Bagaimana ringkasan cerita Panji
Asmarabangun?
3)
Bagaimana diskusi tentang cerita panji
oleh para tokoh?
4)
Apa keterkaitan cerita panji dengan
lingkungan dan sejarah?
PEMBAHASAN
Dalam
makalah ini, akan dijelaskan cerita panji berasal dari Jawa, ringkasan cerita
Panji Asmarabangun, diskusi tentang cerita panji oleh para tokoh, dan
keterkaitan cerita panji dengan lingkungan dan sejarah.
Cerita
Panji Berasal dari Jawa
Cerita
panji adalah sebuah kumpulan cerita berasal dari Jawa periode klasik yang
mengisahkan kepahlawanan dan cinta. Penyebaran cerita panji di Jawa, Bali,
Kalimantan, Malaysia, Thailand, Myanmar, Kamboja, dan Filipina membuat para
ahli membandingkan perkembangan dalam penyebaran tersebut. Cerita panji menurut
para ahli tersebar berkisar antara tahun 1277 M hingga 1400 M. Ada pendapat
bahwa cerita panji telah ada dalam Bahasa Jawa Kuno oleh karena itu cerita
panji berasal dari Jawa. Cerita tersebut disalin dalam Bahasa Tengahan dan
Bahasa Melayu.
Cerita
panji berasal dari Jawa dibuktikan dengan relief tokoh Panji dan para
pengiringnya yang ditemukan di daerah Kediri maka Poerbatjaraka, sarjana dari
Jawa, menyatakan bahwa relief tersebut dibuat sekitar tahun 1400 M. Akhirnya
disimpulkan bahwa awal mula cerita panji terjadi pada zaman keemasan Majapahit
dan ditulis dengan Bahasa Jawa Tengahan namun menyebar ke luar Jawa dengan cara
lisan. Cerita panji yang tersebar memiliki isi yang sama yaitu kepahlawanan,
cinta, dan gambaran kehidupan nenek moyang misalnya perjodohan. Salah satu
contoh cerita panji yaitu Panji Asmarabangun. Panji Asmarabangun menceritakan
kisah cinta Inu Kertapati dan Galuh Candrakirana.
Ringkasan
Cerita Panji Asmarabangun
Raden
Inu Kertapati dan Prasanta menyamar menjadi seorang pedagang beras karena tidak
ingin orang lain tau identitas mereka. Perjalanan menuju Jenggala ditemani
Bancak dan ketiga kawannya namun saat melintasi Brantas mereka disergap
berandal yang mengaku memiliki sebutan Luwak Ireng. Satu persatu mereka saling
bertarung akhirnya tiga berandal tumbang hingga ke sungai. Pimpinan mereka
melarikan diri dan dari informasi yang didapat dia adalah seorang lurah.
Perjalanannya
terhenti karena ada pesan dari Ayahanda, Prabu Lembu Amiluhur, memerintah Raden
Inu agar cepat menuju Daha. Di dermaga terdekat Inu memerintah petugas keamanan
mengantar beras hingga Jenggala sedangkan Raden Inu dan Prasanta menuju ke Daha
untuk urusan keluarga, melamar Dewi Sekartaji yaitu putri Prabu Lembu Amerdadu,
Raja Panjalu. Pernikahan ini adalah misi perdamaian Kerajaan Jenggala dan
Panjalu karena sejak sepeninggalan Prabu Airlangga sering terjadi ketidak
selarasan antara Kerjaan Jenggala dan Panjalu. Jalan untuk melakukan perdamaian
yaitu menjodohkan salah seorang putra Raja dan putri Raja dari keduanya dengan
syarat harus saling mencintai. Sesampainya Raden Inu dan Prasanta di dermaga,
Inu memiliki strategi yaitu yang menemui Bapa Patih adalah Prasanta sedangkan
Inu memilih jalur berbeda tetapi masih bisa mengawasi Prasanta. Prajurit yang mengawal
Bapa Patih Kudawarsana, Panji Sastra Miruda, dan Dewi Ragil Kuning, keduanya
adik Inu Kertapati, awalnya tidak memperbolehkan Prasanta menemui Bapa Patih.
Akhirnya Prasanta hanya menjelaskan bahwa Raden Inu setuju dengan perjodohan
tersebut dan Inu ingin menuju Dewi Sekartaji tanpa pengawalan. Pada perjalanan
mereka dihadang Luwak Ireng namun Luwak Ireng dapat terkalahkan.
Sambutan
kedatangan Raden Inu Kertapati dengan resmi melamar Dewi Sekartaji sangat
ramai. Rakyat Panjalu sangat penasaran dengan Raden Inu Kertapati. Prabu Lembu
Amerdadu dan Permaisuri Sri Ratu Mahadewi
menjodohkan Gusti Ayu Mas Dewi Sekartaji yang mengemban pustaka Gusti
Putri Ayu Galuh Candrakirana dengan Raden Inu Kertaapati yang mengemba pustaka
Raden Panji Asmarabangun. Dalam kebahagiaan tersebut, ada saja kendala yaitu
putri selir, Galuh Ajeng, iri melihat mereka sehingga ia menyamar menjadi
penari penyambut Raden Panji untuk menarik perhatiannya.
Saatnya
pertama kali Raden Inu Kertapati menginap di Istana Dahanapura. Pagi hari sudah
olah kanuragan dengan Bapa Patih. Kegiatan-kegiatan di istana berjalan seperti
biasa, Dewi Sekartaji dengan batik dan menarinya. Galuh Ajeng yang suka
memerintah bibi-bibi istana. Namun, hari itu Raden Gunungsari mengajak Bapa
Patih dan Raden Inu untuk berkuda. Sembari mengajak keduaa tamu agungnya Raden
Gunungsari memperkenalkan mereka dengan Ni Luh Sukma dan Warih seorang rakyat
biasa yang bisa melihat kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa depan.
Di
kerajaan Panjalu memiliki kebiasaan berburu di malam purnama. Malam purnama
nanti Inu Kertapati akan diajak berburu bersama Prabu Lembu Amerdadu dan Raden
Gunungsari. Namun Permaisuri Mahadewi dan Sekartaji juga ingin ikut. Pada
saatnya tiba Sekartaji dan Inu berangkat terlebih dahulu untuk menikmati
pemandangan. Mereka mampir ke telaga dan beristirahat di pondok milik Ki Jambe.
Perjanjian bertemu dengan Raden Gunungsari sudah tiba dan waktunya berburu
tetapi datang berandal dan mampu dibasmi disisakan satu untuk mengorek
informasi. Setelah membawa pulang buruan mereka, keesokan harinya Pangeran
bergelar Panji Asmarabangun pamit pulang ke Jenggala.
Dalam
perjalanannya menuju Jenggala, Inu mendapat serangan anak buah Yuyu Kangkang
saat menyebrangi sungai Brantas. Inu mendapat informasi dari berandal yang
disisakan, Ubreg, bahwa tempat persembunyian Yuyu Kangkang di sebelah pohon
gayam paling besar. Perjalanan menuju Jenggala memang lama maka ia mampir di
pondok milik Janda, Mbok Gunem. Namun ia harus melanjutkan perjalanan dan
sesampainya di istana dia disambut ibunda sehingga Inu mencurahkan semua
kabarnya dan rencana penyamarannya untuk menumpas Yuyu Kangkang. Dalam
penyamaran Inu memakai nama Joko Lumut, setelah dua hari di istana dia pergi ke
Daha untuk menemui kekasihnya namun tidak pulang lagi karena Inu akan tinggal
di pondok Mbok Gunem dalam penyamaran.
Joko
Lumut mulai menjalankan misi menumpas Yuyu Kangkang dan pengikutnya dengan
menyusuri hutan akhirnya menemui Pak Sela dan keluarga. Namun perasaan Inu
tidak enak. Saat cuaca berubah drastis adanya hujan deras, lesu, topan, dan kluwung menurut Sela akan ada Pembesar
yang mangkat. Perasaan yang tidak enak membawanya ke tempat Simbok Gunem di
situlah Inu mendapat kabar bahwa Permaisuri Mahadewi mangkat karena racun. Hal
itu membuat Sekartaji menderita sangat terpukul dan terlebih lagi ibunda selir
serta Galuh Ajeng semakin berkuasa mengendalikan Prabu Lembu Amerdadu. Dewi
Sekartaji semakin tidak terawat akhirnya dia kabur dari istana ke tepak Ki
Jambe Kuning. Dia menyamar sebagai pangeran, Panji Kuda Semirang, karena
menurut cerita Tiongkok ada pangeran muda berjodoh dengan Pangeran berkuda
putih tidak lain adalah Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji. Dia menobatkan
sebagai raja di sebuah telaga yang diberi nama Kerajaan Alas Telaga. Galuh
Ajeng ingin menumpas kerajaan itu tetapi Joko Lumut ingin bergabung kerajaan
itu karena dia telah diusir Prabu Lembu Amiluhur perihal kabur saat dinikahkan
dengan Galuh Ajeng.
Galuh
Ajeng meminta bantuan Yuyu Kangkang untuk menumpas Panji Kuda Semirang namun
Yuyu sudah kurang daya karena pengikutnya kalah dengan Inu Kertapati dan Raden
Gunungsari. Akhirnya Galuh Ajeng hanya menjadi pemuas nafsu Yuyu malah Yuyu
kalah dan sudah ditahan di Jenggala. Inu kembali ke pondok Simbok Gunem dan
mohon izin Ata membuka lamaran, ngunggah-unggahi.
Banyak perempuan yang datang namun dia menolak karena tidak cocok, datanglah
Wara Ayu, anak bapa patih, dia ditolak karena Inu tahu kalau dia tengah hamil.
Galuh Ajeng juga datang, dia ditolak karena Inu tahu dia bekas Yuyu. Akhirnya
datanglah Klething Kuning dan Inu menerima karena dia tahu bahwa Kuning adalah
Dewi Sekartaji. Mereka hidup bahagia di istana Dahanapura. Ibunda selir dan
Galuh Ajeng kabur dari istana karena terbukti meracuni Permaisuri melalui
perantara.
Cerita
ini berdasarkan tuturan lisan dan dirujuk dari novel “Panji Asmarabangun” karya
R. Toto Sugiharto. Beliau adalah narasumber workshop
creative writing dan pernah bekerja sebagai jurnalis di Harian Bernas. Beliau
telah enulis puisi, esai, cerpen, dan novel. Beliau lahir di Jakarta, 4 April
1966 namun saat ini menetap di Yogyakarta.
Diskusi tentang Cerita Panji oleh
Para Tokoh
Cerita
panji adalah sastra lisan klasik yang berasal dari Jawa Timur dan menyebar ke
berbagai daerah di sejumlah negara. Cerita panji pada umumnya bercerita tentang
kisah cinta Panji Asmarabangun dari kerajaan Jenggala dan Dewi Sekartaji atau
Galuh Candrakirana dari Keraajaan Kediri. Penyebaran cerita panji diperkirakan
akibat propaganda orang Jawa sendiri.
Dr.
W. H. Rassers berpendapat bahwa cerita panji berasal dari mitos bulan dan
matahari seperti yang masih dapat dibaca dalam cerita Kalangi dan Manimporok.
Pada zaman Jawa terbagi menjadi dua golongan dan yang diceritakan panji adalah
kelakuan nenek moyang kedua golongan. Dalam golongan masih memiliki hubungan
tetomisme, upacara inisiasi dari salah satu kelompok menurut kelahirannya.
K.
A. H. Hidding memiliki pendapat sendiri karena tidak setuju dengan Rassers.
Dalam perjuangan antara dua golongan, cerita panji adalah lambang dua kekuatan
yang terdapat dalam jiwa manusia. Selain itu T. G. Th. Pigeaud menolak
pembagian dua golongan yang dikatakan Rassers. B.M. Goslings menolak pendapat
Raseers bahwa cerita panji adalah cerita suci sedangkan H. B. Sarkar berkata
cerita panji tidak ada hubungannya dengan tetomisme.
Dr.
Poerbatjaraka, sarjana dari Jawa, keberatan dengan bahan perbandingan Rassers,
Hikayat Cekel Waneng Pati yaitu cerita panji muda sedangkan cerita panji tua
yaitu Hikayat Panji Kuda Semirang. Dalam cerita panji ada usaha mempertinggi
kedudukan kekasih panji, putri Daha yaitu Candrakirana. J. J. Ras juga
mengungkapkan pendapat cerita panji adalah sejarah legendaris Jawa. Buktinya
ada dalam kitab Babad Tanah Jawi, Serat Kandi, Cerita Jaya Lengkana, dan Babad
Daha-Kediri.
Cerita
Panji Asmarabangun adalah cerita panji yang memiliki usaha meninggikan
kedudukan kekasihnya. Cerita panji tersebut dikisahkan dengan lisan namun
sekarang dapat ditemukan dalam bentuk tulisan bahkan dalam bentuk novel yang
menggunakan bahasa Indonesia. Namun Dr. Poerbatjaraka memiliki kesimpulan
cerita panji yang asli tercipta pada atau sesudah masa kejayaan Majapahit dan
Cerita Panji Asmarabangun adalah tokoh dari cerita asli.
Keterkaitan
Cerita Panji dengan Lingkungan dan Sejarah
Panji
Asmarabangun dan pasangannya, Dewi Candrakirana, dalam mitologi Jawa dianggap
sebagai reinkarnasi Dewa Wisnu dan Dewi Sri (Dewi Padi). Raffles mencatat bahwa
mitos panji sebagai reinkarnasi Dewa Wisnu, dan Dewi Candrakirana sebagai
reinkarnasi Dewi Sri (Dewi Padi) adalah cerita-cerita tutur yang dikembangkan
oleh orang-orang Jawa untuk menghormati dan memuliakan Panji Asmarabangun dan
Candrakirana. Hal tersebut terdapat pula di Serat Kandha.
Hubungan dengan Sejarah
Cerita
di dalam lakon panji berhubungan dengan tokoh-tokoh nyata dalam sejarah Jawa
(terutama Jawa Timur). Tokoh Panji Asmarabangun dihubungkan dengan Sri
Kamesywara, raja yang memerintah Kediri sekitar tahun 1180 hingga 1190-an.
Permaisuri raja ini memiliki nama Sri Kirana adalah puteri dari Jenggala, dan
dihubungkan dengan tokoh Candra Kirana. Selain itu ada pula tokoh seperti Dewi
Kilisuci yang konon adalah orang yang sama dengan Sanggramawijaya Tunggadewi,
putri mahkota Airlangga yang menolak untuk naik tahta.
Hubungan dengan
Lingkungan
Cerita
panji berkembang melalui beberapa aspek kehidupan dan bentuk seni seperti tari,
sastra, teater, wayang, seni lukis, dan seni pahat. Dalam cerita panji memiliki
banyak versi yang dipengaruhi oleh 1) kreativitas pada tiap-tiap penyadur
cerita panji dalam bentuk karya sastra, 2) kelenturan cerita panji dalam bentuk
tradisi lisan atau folklor yang banyak dikembangkan oleh para seniman, 3)
pengadaptasian cerita panji pada mitos da legenda di setiap daerah persebaran
cerita tersebut. Beberapa versi cerita panji pada intinya bercerita tentang
kehidupan tokoh Raden Panji (Panji Asmarabangun) dari kerajaan Jenggala dan
Dewi Candrakirana dari kerajaan Panjalu.
Hubungan dengan
Purbakalan Indonesia
Keberadaan
cerita pan dalam karya sastra masih dapat disaksikan hingga saat ini melalui
temuan beberapa relief maupun arca yang melukiskan tokoh panji. Hal ini
didasarkan pada data artefaktual yaitu data relief candi dari abad ke-13 sampai
15 M yang banyak dijumpai beberapa candi di Jawa Timur. Cerita Panji dipahatkan
di 7 kepurbakalaan, yaitu candi Jawi, Pendopo Teras II Panataran, Surawana,
Miri Gambar, serta 3 punden berundak di Gunung Penanggungan yaitu pada
Kepurbakalaan VIII, XXII, dan LXV.
PENUTUP
Kesimpulan
Cerita
panji adalah cerita yang berasal dari Jawa namun penyebarannya hingga beberapa
wilayah di Asia Tenggara. Dalam penyebaran itu cerita panji yang merupakan
cerita tutur atau lisan menyebabkan munculnya beberapa versi namun dalam versi
apapun cerita yang diangkat adalah tentang kehidupan tokoh Raden Panji yaitu
Panji Asmarabangun dan Dewi Candrakirana.
Panji
Asmarabangun digambarkan sebagai seorang laki-laki yang tampan, gagah, berani,
cerdas, dan adil. Galuh Candrakirana adalah seorang perempuan yang cantik,
pintar, dan tabah dalam setiap masalah. Dalam cerita Panji Asmarabangun,
semuanya bercermin pada kehidupan kerajaan namun ada hal yang tidak ditampilkan
dan ada juga yang dilebih-lebihkan. Makalah ini membahas cerita Panji
Asmarabangun dari tuturan lisan seorang sesepuh dan diambil dari novel R. Toto
Sugiharto yaitu “Panji Asmarabangun”.
Cerita
panji perlu mendapat perhatian untuk diberi pengembangan agar lebih hidup. Menurut
penuturan lisan Panji Asmarabangun adalah titisan dewa. Hal itu antara mitos,
sejarah, dan dongeng. Cerita panji adalah inspirasi dari dongeng-dongeng yang
telah orang kenal pada umumnya.
DAFTAR
RUJUKAN
Sugiharto,
R. Toto. 2013. Panji Asmarabangun. Jogjakarta:
DIVA Press
Fang,
Liaw Yock. 2011. Sejarah Kesusastraan
Melayu Klasik. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Sentalu,
Ullen. 2015. Cerita Panji, (online),
(http://blog.ullensentalu.com/cerita-panji/)
diakses pada 4 Desember 2015
Sumaryono.
2011. Cerita Panji antara Mitos, Sejarah,
dan Legenda, (online), (http://repo.isi-dps.ac.id/896/4/The_Story_of_Panji_Between_History,_Myths,_and_Legend_-_Sumaryono_-_Mudra.PDF)
diakses pada 4 Desember 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar