Minggu, 13 Maret 2016

Contoh Makalah Sastra Lama Panji Asmarabangun



CERITA PANJI ASMARABANGUN


Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan
Sastra Lama
yang dibina oleh Bapak Teguh Tri Wahyudi, S.S, M.A.




Disusun oleh:
Zuni Lilaifi                  (150212603315)



















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PROGRAM STUDI S1 BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Desember 2015






PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karya sastra adalah hasil dari kegiatan menulis maupun menuliskan sebuah pengetahuan lisan. Karya sastra pada umumnya menceritakan kisah dengan alur dan menggunakan setting waktu tertentu, kerajaan-kerajaan pada masa lalu,  misalnya karya kesusastraan Melayu Klasik. Karya sastra pada kesusastraan Melayu Klasik salah satunya adalah cerita panji. Cerita panji adalah kumpulan cerita yang berasal dari Jawa periode klasik. Cerita panji memiliki banyak versi yang digemari orang Indonesia terutama orang Jawa dan Bali. Cerita ini menyebar di Jawa, Bali, Kalimantan, Malaysia, Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Filipina.
Cerita panji yang berasal dari Jawa tepatnya pada era kerajaan Kediri mengisahkan kepahlawanan dan cinta yang berpusat pada dua orang tokoh utama yaitu Raden Inu Kertapati (Panji Asmarabangun) dan Dewi Sekartaji (Galuh Candrakirana). Cerita panji memiliki turunan karena keberagaman versinya dan dimasukkan dalam satu kategori yang disebut dengan “Lingkup Panji”. Beberapa cerita yang termasuk dalam cerita Lingkup Panji yaitu Keong Mas, Ande-ande Lumut, dan Golek Kencana. Tiga contoh cerita Lingkup Panji tersebut pada umumnya dikenal dengan cerita rakyat yang merupakan turunan cerita panji.
Penyebaran cerita panji hingga muncul kategori disimpulkan bermula pada zaman keemasan Majapahit dan penyebaran ke luar Jawa terjadi pada masa yang lebih dengan penuturan lisan. Makalah ini akan membahas mengenai bukti cerita panji berasal dari Jawa, ringkasan cerita Panji Asmarabangun, diskusi tentang cerita panji, dan keterkaitan cerita panji.

Rumusan Masalah
Masalah dan topik pembahasan dalam makalah ini sebagai berikut.
1)                  Apa bukti cerita Panji berasal dari Jawa?
2)                  Bagaimana ringkasan cerita Panji Asmarabangun?
3)                  Bagaimana diskusi tentang cerita panji oleh para tokoh?
4)                  Apa keterkaitan cerita panji dengan lingkungan dan sejarah?


PEMBAHASAN
Dalam makalah ini, akan dijelaskan cerita panji berasal dari Jawa, ringkasan cerita Panji Asmarabangun, diskusi tentang cerita panji oleh para tokoh, dan keterkaitan cerita panji dengan lingkungan dan sejarah.

Cerita Panji Berasal dari Jawa
Cerita panji adalah sebuah kumpulan cerita berasal dari Jawa periode klasik yang mengisahkan kepahlawanan dan cinta. Penyebaran cerita panji di Jawa, Bali, Kalimantan, Malaysia, Thailand, Myanmar, Kamboja, dan Filipina membuat para ahli membandingkan perkembangan dalam penyebaran tersebut. Cerita panji menurut para ahli tersebar berkisar antara tahun 1277 M hingga 1400 M. Ada pendapat bahwa cerita panji telah ada dalam Bahasa Jawa Kuno oleh karena itu cerita panji berasal dari Jawa. Cerita tersebut disalin dalam Bahasa Tengahan dan Bahasa Melayu.
Cerita panji berasal dari Jawa dibuktikan dengan relief tokoh Panji dan para pengiringnya yang ditemukan di daerah Kediri maka Poerbatjaraka, sarjana dari Jawa, menyatakan bahwa relief tersebut dibuat sekitar tahun 1400 M. Akhirnya disimpulkan bahwa awal mula cerita panji terjadi pada zaman keemasan Majapahit dan ditulis dengan Bahasa Jawa Tengahan namun menyebar ke luar Jawa dengan cara lisan. Cerita panji yang tersebar memiliki isi yang sama yaitu kepahlawanan, cinta, dan gambaran kehidupan nenek moyang misalnya perjodohan. Salah satu contoh cerita panji yaitu Panji Asmarabangun. Panji Asmarabangun menceritakan kisah cinta Inu Kertapati dan Galuh Candrakirana.

Ringkasan Cerita Panji Asmarabangun
Raden Inu Kertapati dan Prasanta menyamar menjadi seorang pedagang beras karena tidak ingin orang lain tau identitas mereka. Perjalanan menuju Jenggala ditemani Bancak dan ketiga kawannya namun saat melintasi Brantas mereka disergap berandal yang mengaku memiliki sebutan Luwak Ireng. Satu persatu mereka saling bertarung akhirnya tiga berandal tumbang hingga ke sungai. Pimpinan mereka melarikan diri dan dari informasi yang didapat dia adalah seorang lurah.
Perjalanannya terhenti karena ada pesan dari Ayahanda, Prabu Lembu Amiluhur, memerintah Raden Inu agar cepat menuju Daha. Di dermaga terdekat Inu memerintah petugas keamanan mengantar beras hingga Jenggala sedangkan Raden Inu dan Prasanta menuju ke Daha untuk urusan keluarga, melamar Dewi Sekartaji yaitu putri Prabu Lembu Amerdadu, Raja Panjalu. Pernikahan ini adalah misi perdamaian Kerajaan Jenggala dan Panjalu karena sejak sepeninggalan Prabu Airlangga sering terjadi ketidak selarasan antara Kerjaan Jenggala dan Panjalu. Jalan untuk melakukan perdamaian yaitu menjodohkan salah seorang putra Raja dan putri Raja dari keduanya dengan syarat harus saling mencintai. Sesampainya Raden Inu dan Prasanta di dermaga, Inu memiliki strategi yaitu yang menemui Bapa Patih adalah Prasanta sedangkan Inu memilih jalur berbeda tetapi masih bisa mengawasi Prasanta. Prajurit yang mengawal Bapa Patih Kudawarsana, Panji Sastra Miruda, dan Dewi Ragil Kuning, keduanya adik Inu Kertapati, awalnya tidak memperbolehkan Prasanta menemui Bapa Patih. Akhirnya Prasanta hanya menjelaskan bahwa Raden Inu setuju dengan perjodohan tersebut dan Inu ingin menuju Dewi Sekartaji tanpa pengawalan. Pada perjalanan mereka dihadang Luwak Ireng namun Luwak Ireng dapat terkalahkan.
Sambutan kedatangan Raden Inu Kertapati dengan resmi melamar Dewi Sekartaji sangat ramai. Rakyat Panjalu sangat penasaran dengan Raden Inu Kertapati. Prabu Lembu Amerdadu dan Permaisuri Sri Ratu Mahadewi  menjodohkan Gusti Ayu Mas Dewi Sekartaji yang mengemban pustaka Gusti Putri Ayu Galuh Candrakirana dengan Raden Inu Kertaapati yang mengemba pustaka Raden Panji Asmarabangun. Dalam kebahagiaan tersebut, ada saja kendala yaitu putri selir, Galuh Ajeng, iri melihat mereka sehingga ia menyamar menjadi penari penyambut Raden Panji untuk menarik perhatiannya.
Saatnya pertama kali Raden Inu Kertapati menginap di Istana Dahanapura. Pagi hari sudah olah kanuragan dengan Bapa Patih. Kegiatan-kegiatan di istana berjalan seperti biasa, Dewi Sekartaji dengan batik dan menarinya. Galuh Ajeng yang suka memerintah bibi-bibi istana. Namun, hari itu Raden Gunungsari mengajak Bapa Patih dan Raden Inu untuk berkuda. Sembari mengajak keduaa tamu agungnya Raden Gunungsari memperkenalkan mereka dengan Ni Luh Sukma dan Warih seorang rakyat biasa yang bisa melihat kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa depan.
Di kerajaan Panjalu memiliki kebiasaan berburu di malam purnama. Malam purnama nanti Inu Kertapati akan diajak berburu bersama Prabu Lembu Amerdadu dan Raden Gunungsari. Namun Permaisuri Mahadewi dan Sekartaji juga ingin ikut. Pada saatnya tiba Sekartaji dan Inu berangkat terlebih dahulu untuk menikmati pemandangan. Mereka mampir ke telaga dan beristirahat di pondok milik Ki Jambe. Perjanjian bertemu dengan Raden Gunungsari sudah tiba dan waktunya berburu tetapi datang berandal dan mampu dibasmi disisakan satu untuk mengorek informasi. Setelah membawa pulang buruan mereka, keesokan harinya Pangeran bergelar Panji Asmarabangun pamit pulang ke Jenggala.
Dalam perjalanannya menuju Jenggala, Inu mendapat serangan anak buah Yuyu Kangkang saat menyebrangi sungai Brantas. Inu mendapat informasi dari berandal yang disisakan, Ubreg, bahwa tempat persembunyian Yuyu Kangkang di sebelah pohon gayam paling besar. Perjalanan menuju Jenggala memang lama maka ia mampir di pondok milik Janda, Mbok Gunem. Namun ia harus melanjutkan perjalanan dan sesampainya di istana dia disambut ibunda sehingga Inu mencurahkan semua kabarnya dan rencana penyamarannya untuk menumpas Yuyu Kangkang. Dalam penyamaran Inu memakai nama Joko Lumut, setelah dua hari di istana dia pergi ke Daha untuk menemui kekasihnya namun tidak pulang lagi karena Inu akan tinggal di pondok Mbok Gunem dalam penyamaran.
Joko Lumut mulai menjalankan misi menumpas Yuyu Kangkang dan pengikutnya dengan menyusuri hutan akhirnya menemui Pak Sela dan keluarga. Namun perasaan Inu tidak enak. Saat cuaca berubah drastis adanya hujan deras, lesu, topan, dan kluwung menurut Sela akan ada Pembesar yang mangkat. Perasaan yang tidak enak membawanya ke tempat Simbok Gunem di situlah Inu mendapat kabar bahwa Permaisuri Mahadewi mangkat karena racun. Hal itu membuat Sekartaji menderita sangat terpukul dan terlebih lagi ibunda selir serta Galuh Ajeng semakin berkuasa mengendalikan Prabu Lembu Amerdadu. Dewi Sekartaji semakin tidak terawat akhirnya dia kabur dari istana ke tepak Ki Jambe Kuning. Dia menyamar sebagai pangeran, Panji Kuda Semirang, karena menurut cerita Tiongkok ada pangeran muda berjodoh dengan Pangeran berkuda putih tidak lain adalah Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji. Dia menobatkan sebagai raja di sebuah telaga yang diberi nama Kerajaan Alas Telaga. Galuh Ajeng ingin menumpas kerajaan itu tetapi Joko Lumut ingin bergabung kerajaan itu karena dia telah diusir Prabu Lembu Amiluhur perihal kabur saat dinikahkan dengan Galuh Ajeng.
Galuh Ajeng meminta bantuan Yuyu Kangkang untuk menumpas Panji Kuda Semirang namun Yuyu sudah kurang daya karena pengikutnya kalah dengan Inu Kertapati dan Raden Gunungsari. Akhirnya Galuh Ajeng hanya menjadi pemuas nafsu Yuyu malah Yuyu kalah dan sudah ditahan di Jenggala. Inu kembali ke pondok Simbok Gunem dan mohon izin Ata membuka lamaran, ngunggah-unggahi. Banyak perempuan yang datang namun dia menolak karena tidak cocok, datanglah Wara Ayu, anak bapa patih, dia ditolak karena Inu tahu kalau dia tengah hamil. Galuh Ajeng juga datang, dia ditolak karena Inu tahu dia bekas Yuyu. Akhirnya datanglah Klething Kuning dan Inu menerima karena dia tahu bahwa Kuning adalah Dewi Sekartaji. Mereka hidup bahagia di istana Dahanapura. Ibunda selir dan Galuh Ajeng kabur dari istana karena terbukti meracuni Permaisuri melalui perantara.
Cerita ini berdasarkan tuturan lisan dan dirujuk dari novel “Panji Asmarabangun” karya R. Toto Sugiharto. Beliau adalah narasumber workshop creative writing dan pernah bekerja sebagai jurnalis di Harian Bernas. Beliau telah enulis puisi, esai, cerpen, dan novel. Beliau lahir di Jakarta, 4 April 1966 namun saat ini menetap di Yogyakarta.
Diskusi tentang Cerita Panji oleh Para Tokoh
Cerita panji adalah sastra lisan klasik yang berasal dari Jawa Timur dan menyebar ke berbagai daerah di sejumlah negara. Cerita panji pada umumnya bercerita tentang kisah cinta Panji Asmarabangun dari kerajaan Jenggala dan Dewi Sekartaji atau Galuh Candrakirana dari Keraajaan Kediri. Penyebaran cerita panji diperkirakan akibat propaganda orang Jawa sendiri.
Dr. W. H. Rassers berpendapat bahwa cerita panji berasal dari mitos bulan dan matahari seperti yang masih dapat dibaca dalam cerita Kalangi dan Manimporok. Pada zaman Jawa terbagi menjadi dua golongan dan yang diceritakan panji adalah kelakuan nenek moyang kedua golongan. Dalam golongan masih memiliki hubungan tetomisme, upacara inisiasi dari salah satu kelompok menurut kelahirannya.
K. A. H. Hidding memiliki pendapat sendiri karena tidak setuju dengan Rassers. Dalam perjuangan antara dua golongan, cerita panji adalah lambang dua kekuatan yang terdapat dalam jiwa manusia. Selain itu T. G. Th. Pigeaud menolak pembagian dua golongan yang dikatakan Rassers. B.M. Goslings menolak pendapat Raseers bahwa cerita panji adalah cerita suci sedangkan H. B. Sarkar berkata cerita panji tidak ada hubungannya dengan tetomisme.
Dr. Poerbatjaraka, sarjana dari Jawa, keberatan dengan bahan perbandingan Rassers, Hikayat Cekel Waneng Pati yaitu cerita panji muda sedangkan cerita panji tua yaitu Hikayat Panji Kuda Semirang. Dalam cerita panji ada usaha mempertinggi kedudukan kekasih panji, putri Daha yaitu Candrakirana. J. J. Ras juga mengungkapkan pendapat cerita panji adalah sejarah legendaris Jawa. Buktinya ada dalam kitab Babad Tanah Jawi, Serat Kandi, Cerita Jaya Lengkana, dan Babad Daha-Kediri.
Cerita Panji Asmarabangun adalah cerita panji yang memiliki usaha meninggikan kedudukan kekasihnya. Cerita panji tersebut dikisahkan dengan lisan namun sekarang dapat ditemukan dalam bentuk tulisan bahkan dalam bentuk novel yang menggunakan bahasa Indonesia. Namun Dr. Poerbatjaraka memiliki kesimpulan cerita panji yang asli tercipta pada atau sesudah masa kejayaan Majapahit dan Cerita Panji Asmarabangun adalah tokoh dari cerita asli.

Keterkaitan Cerita Panji dengan Lingkungan dan Sejarah
Panji Asmarabangun dan pasangannya, Dewi Candrakirana, dalam mitologi Jawa dianggap sebagai reinkarnasi Dewa Wisnu dan Dewi Sri (Dewi Padi). Raffles mencatat bahwa mitos panji sebagai reinkarnasi Dewa Wisnu, dan Dewi Candrakirana sebagai reinkarnasi Dewi Sri (Dewi Padi) adalah cerita-cerita tutur yang dikembangkan oleh orang-orang Jawa untuk menghormati dan memuliakan Panji Asmarabangun dan Candrakirana. Hal tersebut terdapat pula di Serat Kandha.

Hubungan dengan Sejarah
Cerita di dalam lakon panji berhubungan dengan tokoh-tokoh nyata dalam sejarah Jawa (terutama Jawa Timur). Tokoh Panji Asmarabangun dihubungkan dengan Sri Kamesywara, raja yang memerintah Kediri sekitar tahun 1180 hingga 1190-an. Permaisuri raja ini memiliki nama Sri Kirana adalah puteri dari Jenggala, dan dihubungkan dengan tokoh Candra Kirana. Selain itu ada pula tokoh seperti Dewi Kilisuci yang konon adalah orang yang sama dengan Sanggramawijaya Tunggadewi, putri mahkota Airlangga yang menolak untuk naik tahta.

Hubungan dengan Lingkungan
Cerita panji berkembang melalui beberapa aspek kehidupan dan bentuk seni seperti tari, sastra, teater, wayang, seni lukis, dan seni pahat. Dalam cerita panji memiliki banyak versi yang dipengaruhi oleh 1) kreativitas pada tiap-tiap penyadur cerita panji dalam bentuk karya sastra, 2) kelenturan cerita panji dalam bentuk tradisi lisan atau folklor yang banyak dikembangkan oleh para seniman, 3) pengadaptasian cerita panji pada mitos da legenda di setiap daerah persebaran cerita tersebut. Beberapa versi cerita panji pada intinya bercerita tentang kehidupan tokoh Raden Panji (Panji Asmarabangun) dari kerajaan Jenggala dan Dewi Candrakirana dari kerajaan Panjalu.

Hubungan dengan Purbakalan Indonesia
Keberadaan cerita pan dalam karya sastra masih dapat disaksikan hingga saat ini melalui temuan beberapa relief maupun arca yang melukiskan tokoh panji. Hal ini didasarkan pada data artefaktual yaitu data relief candi dari abad ke-13 sampai 15 M yang banyak dijumpai beberapa candi di Jawa Timur. Cerita Panji dipahatkan di 7 kepurbakalaan, yaitu candi Jawi, Pendopo Teras II Panataran, Surawana, Miri Gambar, serta 3 punden berundak di Gunung Penanggungan yaitu pada Kepurbakalaan VIII, XXII, dan LXV.



PENUTUP
Kesimpulan
Cerita panji adalah cerita yang berasal dari Jawa namun penyebarannya hingga beberapa wilayah di Asia Tenggara. Dalam penyebaran itu cerita panji yang merupakan cerita tutur atau lisan menyebabkan munculnya beberapa versi namun dalam versi apapun cerita yang diangkat adalah tentang kehidupan tokoh Raden Panji yaitu Panji Asmarabangun dan Dewi Candrakirana.
Panji Asmarabangun digambarkan sebagai seorang laki-laki yang tampan, gagah, berani, cerdas, dan adil. Galuh Candrakirana adalah seorang perempuan yang cantik, pintar, dan tabah dalam setiap masalah. Dalam cerita Panji Asmarabangun, semuanya bercermin pada kehidupan kerajaan namun ada hal yang tidak ditampilkan dan ada juga yang dilebih-lebihkan. Makalah ini membahas cerita Panji Asmarabangun dari tuturan lisan seorang sesepuh dan diambil dari novel R. Toto Sugiharto yaitu “Panji Asmarabangun”.
Cerita panji perlu mendapat perhatian untuk diberi pengembangan agar lebih hidup. Menurut penuturan lisan Panji Asmarabangun adalah titisan dewa. Hal itu antara mitos, sejarah, dan dongeng. Cerita panji adalah inspirasi dari dongeng-dongeng yang telah orang kenal pada umumnya.



DAFTAR RUJUKAN
Sugiharto, R. Toto. 2013. Panji Asmarabangun. Jogjakarta: DIVA Press
Fang, Liaw Yock. 2011. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Sentalu, Ullen. 2015. Cerita Panji, (online), (http://blog.ullensentalu.com/cerita-panji/) diakses pada 4 Desember 2015
Sumaryono. 2011. Cerita Panji antara Mitos, Sejarah, dan Legenda, (online), (http://repo.isi-dps.ac.id/896/4/The_Story_of_Panji_Between_History,_Myths,_and_Legend_-_Sumaryono_-_Mudra.PDF) diakses pada 4 Desember 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar